Dampak Jika Ibu Tak punya Me Time
A. Ibu tak punya me time bisa jadi sebenarnya ia tengah memendam depresi.
Ibu tak punya me time bisa jadi sebenarnya ia tengah memendam depresi yang bisa meledak sewaktu-waktu.
Seorang Ibu yang tidak diberikan kesempatan untuk me time, mungkin terlihat baik-baik saja di dalam, tapi bisa jadi sebenarnya ia tengah memendam depresi yang bisa meledak sewaktu-waktu.
Hal ini tidak akan terjadi jika ia memiliki kemampuan untuk menyalurkan keinginan-keinginannya, misalnya dengan menulis, membuat karya, dllsb. Akan tetapi untuk istri yang tidak memiliki kemampuan me time, besar kemungkinan ia akan mengalami stress.
B. Merasa menyesal menikah karena sepanjang pernikahan, ia merasa kehilangan dirinya sendiri, tidak mempunyai waktu pribadi.
Ini benar terjadi, ada Ibu yang merasa menyesal menikah hanya karena ia merasa diperlakukan tidak adil oleh suami dan anaknya, ia merasa tidak puas dengan kehidupan pernikahannya meski sang suami memenuhi segala sesuatunya, dari mulai rumah, kendaraan, pakaian, dan segala macam perhiasan.
Ternyata penyebabnya sepele, karena sepanjang pernikahan, ia merasa kehilangan dirinya sendiri, tidak mempunyai waktu pribadi untuk melakukan apa yang ia senangi, tanpa embel-embel status sebagai istri ataupun ibu.
C. Ibu melampiaskan kemarahannya pada anak-anak.
Seorang ibu yang depresi karena tidak memiliki waktu pribadi selama pernikahan akan melampiaskan kemarahannya pada anak-anak. Pikirannya bisa menuduh bahwa anak-anaklah yang menjadi penyebab ketidakbahagiaan hidupnya.
D. Jangan heran kalau istri sering sekali menggerutu dan ngomel ke suami, ini karena ada suatu ketidakpuasan yang sedang dipendamnya.
Ujung-ujungnya, ketidakpuasan istri bisa berakhir dengan pelampiasan marah-marah. Jangan heran kalau istri sering sekali menggerutu dan ngomel ke suami, ini karena ada suatu ketidakpuasan yang sedang dipendamnya. Oleh karena itu, untuk kesehatan rumah tangga, perlu pengertian suami untuk membebaskan istri dari tugas-tugas kerumahtanggaan dan pengasuhan anak minimal jika istri memintanya
===
Hai Para Ibu, Khususnya Full Time Mom, Ini Pentingnya “Me Time” yang Mungkin dianggap Sepele.
Me time berarti mempunyai waktu untuk melakukan sesuatu yang memang benar “ingin saya lakukan”. Sifatnya, tentu saja, privat—untuk diri sendiri, istri atau suami, anak-anak.
Ketika me time tiba, siapapun tidak ingin terganggu oleh urusan lain yang sedang tidak ingin ia kerjakan. Me time bukanlah kemewahan, melainkan kebutuhan. Siapapun membutuhkan waktu jeda dari rutinitas agar ia dapat melakukan kegiatan pribadi yang menyenangkan sehingga ia merasa segar kembali.
Jika Anda jernih dalam berpikir, tubuh terasa bugar, dan hati merasa senang, semua itu akan berdampak positif bagi orang-orang sekeliling Anda, mula-mula di rumah, tetangga, hingga ke tempat kerja dan relasi bisnis Anda.
Me Time Sangat Butuh untuk full-time mom. Mengabaikannya hanya akan menjadi bom waktu
Menurut Hedwig Emiliana Tulus, psikolog anak dari Highscope Engineering yang dihadirkan dalam acara Pada acara “Mom’s Time Out” sepeti dikutif dari aura.co.id, me time bukan penting enggak penting buat ibu. Akan tetapi, sangat penting. Mengabaikan kebutuhan untuk memanjakan diri atau menikmati kesendirian, terbebas dari rutinitas sehari-hari mengurus anak-anak, hanya akan menjadi bom waktu.
Apalagi untuk ibu penuh waktu atau full-time mom atau stay-at-home mom, lebih membutuhkan me time. Mereka, bisa dikatakan, 24 jam sehari, 7 hari seminggu, menghadapi anak-anak lengkap dengan segala problematikanya. Sedangkan ketimbang ibu bekerja masih bisa keluar rumah, bertemu teman-teman, berjalan-jalan, dan melakukan pekerjaan yang disenangi.
Orang kerja saja butuh liburan, me time untuk menyegarkan diri agar kembali bersemangat menjalani rutinitas
Butuh me time bukan berarti mengesampingkan kodrat sebagai seorang ibu. Ini hanya sebentuk penyeimbang agar ibu juga terpenuhi kebutuhannya, kebutuhan untuk beristirahat dan menyegarkan diri agar kembali bersemangat menjalani rutinitas. Orang kerja saja butuh liburan. Kenapa ibu rumah tangga tidak?
“Ibu yang sehat secara psikologis, tidak stres, bahagia, tentu akan membuat seluruh keluarga ikut berbahagia,” bilang Hedwig. “Hubungan suami dan istri, termasuk hubungan antara ibu dan anak itu sendiri, akan lebih optimal.”
Untuk bisa me time, Ibu sebaiknya bisa bernegosiasi dengan suami. Berikut ini cara ber’negosiasi’ dengan suami:
1. Bicara dari hati ke hati, Utarakan keinginan dan alasan Anda dengan jelas
Sampaikan juga jenis kegiatan dan berapa lama waktu yag diperlukan. Bicarakan juga dana yang akan Anda gunakan. Lalu yakinkan suami bahwa urusan rumah tangga akan berjalan normal selama Anda ‘menghilang’.
Jelaskan juga manfaat positif dari me time tidak hanya dirasakan oleh istri, tapi juga suami, dan anggota keluarga lain. Misalnya ketika istri menghilang sejenak untuk menjalani me time, suami berkesempatan untuk lebih dekat dengan anak dan mengetahui keadaan rumah tangga. Sepulang me time, istri tentu lebih segar dan relaks. Sehingga hubungan dengan suami dan anak yang terkadang menguras emosi akan lebih ‘cair’.
2. Yakinkan suami bahwa semua urusan domestik akan berjalan normal selama Anda pergi
Jika suami tak setuju Anda meninggalkan urusan rumah tangga, berarti perlu negosiasi lebih lanjut. Yakinkan suami bahwa semua urusan domestik akan berjalan normal selama Anda pergi, mungkin dengan melimpahkan tugas rumah tangga pada orang lain, misalnya ibu, adik, atau anggota keluarga lain yang terpercaya.
3. Ajak suami menangani urusan domestik, Agar ketika ingin meliburkan diri, suami sudah terbiasa menangani masalah keluarga
Sedikit demi sedikit, libatkan suami dalam mengurus rumah dan mengasuh anak. Maka ketika Anda ingin meliburkan diri, suami akan lebih santai karena sudah terbiasa menangani masalah keluarga. Ada baiknya Anda membuat jadwal ‘me time’ agar suami bisa bersiap-siap.
A. Ibu tak punya me time bisa jadi sebenarnya ia tengah memendam depresi.
Ibu tak punya me time bisa jadi sebenarnya ia tengah memendam depresi yang bisa meledak sewaktu-waktu.
Seorang Ibu yang tidak diberikan kesempatan untuk me time, mungkin terlihat baik-baik saja di dalam, tapi bisa jadi sebenarnya ia tengah memendam depresi yang bisa meledak sewaktu-waktu.
Hal ini tidak akan terjadi jika ia memiliki kemampuan untuk menyalurkan keinginan-keinginannya, misalnya dengan menulis, membuat karya, dllsb. Akan tetapi untuk istri yang tidak memiliki kemampuan me time, besar kemungkinan ia akan mengalami stress.
B. Merasa menyesal menikah karena sepanjang pernikahan, ia merasa kehilangan dirinya sendiri, tidak mempunyai waktu pribadi.
Ini benar terjadi, ada Ibu yang merasa menyesal menikah hanya karena ia merasa diperlakukan tidak adil oleh suami dan anaknya, ia merasa tidak puas dengan kehidupan pernikahannya meski sang suami memenuhi segala sesuatunya, dari mulai rumah, kendaraan, pakaian, dan segala macam perhiasan.
Ternyata penyebabnya sepele, karena sepanjang pernikahan, ia merasa kehilangan dirinya sendiri, tidak mempunyai waktu pribadi untuk melakukan apa yang ia senangi, tanpa embel-embel status sebagai istri ataupun ibu.
C. Ibu melampiaskan kemarahannya pada anak-anak.
Seorang ibu yang depresi karena tidak memiliki waktu pribadi selama pernikahan akan melampiaskan kemarahannya pada anak-anak. Pikirannya bisa menuduh bahwa anak-anaklah yang menjadi penyebab ketidakbahagiaan hidupnya.
D. Jangan heran kalau istri sering sekali menggerutu dan ngomel ke suami, ini karena ada suatu ketidakpuasan yang sedang dipendamnya.
Ujung-ujungnya, ketidakpuasan istri bisa berakhir dengan pelampiasan marah-marah. Jangan heran kalau istri sering sekali menggerutu dan ngomel ke suami, ini karena ada suatu ketidakpuasan yang sedang dipendamnya. Oleh karena itu, untuk kesehatan rumah tangga, perlu pengertian suami untuk membebaskan istri dari tugas-tugas kerumahtanggaan dan pengasuhan anak minimal jika istri memintanya
===
Hai Para Ibu, Khususnya Full Time Mom, Ini Pentingnya “Me Time” yang Mungkin dianggap Sepele.
Menjadi ibu rumah tangga memang benar-benar menyita perhatian saya. Bukan hanya mengurus suami dan anak, tapi saya pun memiliki tanggung jawab atas pekerjaan rumah tangga.Me time berarti mempunyai waktu untuk melakukan sesuatu yang memang benar “ingin saya lakukan”
Mungkin rasanya terlalu sibuk mengurusi hal ini dan itu sampai lupa waktu untuk diiri sendiri. Padahal itu sangat penting dilakukan terutama untuk Full Time Mom.
Me time berarti mempunyai waktu untuk melakukan sesuatu yang memang benar “ingin saya lakukan”. Sifatnya, tentu saja, privat—untuk diri sendiri, istri atau suami, anak-anak.
Ketika me time tiba, siapapun tidak ingin terganggu oleh urusan lain yang sedang tidak ingin ia kerjakan. Me time bukanlah kemewahan, melainkan kebutuhan. Siapapun membutuhkan waktu jeda dari rutinitas agar ia dapat melakukan kegiatan pribadi yang menyenangkan sehingga ia merasa segar kembali.
Hasil studi menyediakan waktu me time ternyata berhasil mendapatkan peningkatan dalam hal kesejahteraan pribadi, kepuasan kerja, maupun kepuasan bersama keluarga mereka
Hasil studi Alyssa Westring, asisten profesor di DePaul University, Chicago, bersama Stew Friedman, profesor manajemen di Wharton School, membuktikan bahwa me time sangat penting dan bermanfaat bagi individu. Menurut studi ini, para ayah dan ibu pekerja yang selalu menyediakan waktu untuk diri sendiri sepanjang 12-15 minggu (sesuai periode riset ini dilakukan) ternyata berhasil mendapatkan peningkatan dalam hal kesejahteraan pribadi, kepuasan kerja, maupun kepuasan bersama keluarga mereka.Pendeknya, meluangkan waktu untuk diri sendiri memberi manfaat psikologis maupun fisikal. Jika Anda mengambil jeda dari rutinitas, Anda akan merasa segar dan lebih bahagia.
Jika Anda jernih dalam berpikir, tubuh terasa bugar, dan hati merasa senang, semua itu akan berdampak positif bagi orang-orang sekeliling Anda, mula-mula di rumah, tetangga, hingga ke tempat kerja dan relasi bisnis Anda.
Me Time Sangat Butuh untuk full-time mom. Mengabaikannya hanya akan menjadi bom waktu
Menurut Hedwig Emiliana Tulus, psikolog anak dari Highscope Engineering yang dihadirkan dalam acara Pada acara “Mom’s Time Out” sepeti dikutif dari aura.co.id, me time bukan penting enggak penting buat ibu. Akan tetapi, sangat penting. Mengabaikan kebutuhan untuk memanjakan diri atau menikmati kesendirian, terbebas dari rutinitas sehari-hari mengurus anak-anak, hanya akan menjadi bom waktu.
Apalagi untuk ibu penuh waktu atau full-time mom atau stay-at-home mom, lebih membutuhkan me time. Mereka, bisa dikatakan, 24 jam sehari, 7 hari seminggu, menghadapi anak-anak lengkap dengan segala problematikanya. Sedangkan ketimbang ibu bekerja masih bisa keluar rumah, bertemu teman-teman, berjalan-jalan, dan melakukan pekerjaan yang disenangi.
Orang kerja saja butuh liburan, me time untuk menyegarkan diri agar kembali bersemangat menjalani rutinitas
Butuh me time bukan berarti mengesampingkan kodrat sebagai seorang ibu. Ini hanya sebentuk penyeimbang agar ibu juga terpenuhi kebutuhannya, kebutuhan untuk beristirahat dan menyegarkan diri agar kembali bersemangat menjalani rutinitas. Orang kerja saja butuh liburan. Kenapa ibu rumah tangga tidak?
“Ibu yang sehat secara psikologis, tidak stres, bahagia, tentu akan membuat seluruh keluarga ikut berbahagia,” bilang Hedwig. “Hubungan suami dan istri, termasuk hubungan antara ibu dan anak itu sendiri, akan lebih optimal.”
Untuk bisa me time, Ibu sebaiknya bisa bernegosiasi dengan suami. Berikut ini cara ber’negosiasi’ dengan suami:
1. Bicara dari hati ke hati, Utarakan keinginan dan alasan Anda dengan jelas
Sampaikan juga jenis kegiatan dan berapa lama waktu yag diperlukan. Bicarakan juga dana yang akan Anda gunakan. Lalu yakinkan suami bahwa urusan rumah tangga akan berjalan normal selama Anda ‘menghilang’.
Jelaskan juga manfaat positif dari me time tidak hanya dirasakan oleh istri, tapi juga suami, dan anggota keluarga lain. Misalnya ketika istri menghilang sejenak untuk menjalani me time, suami berkesempatan untuk lebih dekat dengan anak dan mengetahui keadaan rumah tangga. Sepulang me time, istri tentu lebih segar dan relaks. Sehingga hubungan dengan suami dan anak yang terkadang menguras emosi akan lebih ‘cair’.
2. Yakinkan suami bahwa semua urusan domestik akan berjalan normal selama Anda pergi
Jika suami tak setuju Anda meninggalkan urusan rumah tangga, berarti perlu negosiasi lebih lanjut. Yakinkan suami bahwa semua urusan domestik akan berjalan normal selama Anda pergi, mungkin dengan melimpahkan tugas rumah tangga pada orang lain, misalnya ibu, adik, atau anggota keluarga lain yang terpercaya.
3. Ajak suami menangani urusan domestik, Agar ketika ingin meliburkan diri, suami sudah terbiasa menangani masalah keluarga
Sedikit demi sedikit, libatkan suami dalam mengurus rumah dan mengasuh anak. Maka ketika Anda ingin meliburkan diri, suami akan lebih santai karena sudah terbiasa menangani masalah keluarga. Ada baiknya Anda membuat jadwal ‘me time’ agar suami bisa bersiap-siap.
Comments
Post a Comment