Mengonsumsi suplemen yang mengandung asam lemak Omega-3 ternyata tidak memberikan manfaat tambahan terhadap penderita serangan jantung. Penelitian terbaru ilmuwan Belanda membuktikan hal tersebut.
Manfaat positif Omega-3 bagi tubuh manusia memang telah lama diketahui. Salah satunya menjaga kesehatan jantung. Namun, penelitian terbaru yang dilakukan di Belanda menunjukkan, sebagian besar pasien yang mengonsumsi suplemen asam lemak Omega-3 dalam dosis kecil sepertinya tidak memberikan perlindungan tambahan apapun terhadap serangan jantung lanjutan.
Faktanya, docosahexaenoic acid (DHA) dan eicosapentaenoic acid (EPA), yang ditemukan dalam kandungan minyak ikan, dan juga alpha-linolenic acid (ALA), yang berasal dari kacang dan beberapa minyak sayur, jika diberikan dalam dosis rendah pada pasien jantung tidak memberikan manfaat apa pun bagi kebanyakan dari mereka.
Hasil penelitian ini tidak berarti bahwa mendapatkan lebih banyak nutrisi esensial tidak memiliki nilai plus. Beberapa studi sebelumnya telah menawarkan bukti bahwa sebagian besar dari minyak ikan bisa mengurangi penyakit jantung. Bagi pasien jantung yang dirawat secara hati-hati dengan menambahkan sedikit asam Omega-3, tampaknya tidak membuat perbedaan.
Para peneliti fokus pada pasien yang telah menerima pengobatan medis untuk mengendalikan tekanan darah, kolesterol, dan potensi penyumbatan pembuluh darah. Dari situ, para ilmuwan tersebut berteori bahwa kinerja buruk dari suplemen Omega-3 tersebut hanya mencerminkan kekuatan dari pengobatan yang dijalani.
Penulis utama studi, Daan Kromhout dari divisi ilmu gizi di Wageningen University, Belanda memaparkan hasil temuan ini dalam ajang European Society of Cardiology Congress di Stockholm, Minggu (29/8). Hasil studi ini sendiri dipublikasikan online secara rutin dalam New England Journal of Medicine.
Dalam studi ini, tim peneliti mengamati sekelompok pasien yang terdiri tas 4.800 orang atau lebih pasien serangan jantung di Belanda yang berusia antara 60–80 tahun. Tercatat sekitar tiga perempat dari mereka laki-laki. Semuanya memiliki pengalaman serangan jantung berkali-kali dalam beberapa tahun sebelum studi, dan semuanya mengonsumsi obat penurun tekanan darah, anti penggumpalan darah dan statin.
Pada awal studi, pasien itu diminta untuk mengonsumsi salah satu dari empat jenis margarin yang berbeda selama tiga tahun studi berlangsung. Satu margarin mengandung suplemen Omega-3, satu diperkaya dengan ALA, satu diperkaya dengan Omega-3 dan ALA dan yang satunya lagi tanpa suplemen. Jumlah suplementasi yang ditambahkan ke beberapa jenis margarin itu berdosis rendah.
Selama studi, pasien mengonsumsi rata-rata 18,8 gram margarin per hari, yang artinya rata-rata mengandung 226 mm EPA, 150 mm DHA Omega-3 dan/atau 1,9 gram ALA. Di akhir studi, hampir 14 persen pasien serangan jantung pernah mengalami satu kali kejadian kardiovaskular mayor, dengan beberapa kasus berakhir dengan kematian.
Artinya, tak satu pun dari suplemen dosis rendah itu dapat mencegah terjadinya kejadian kardiovaskular pada sebagian besar pasien. Satu perkecualian tampaknya ada pada beberapa wanita yang mengonsumsi ALA, di mana tim peneliti melihat adanya penurunan risiko komplikasi penyakit jantung lebih jauh sebesar 27 persen, meski angka itu belum signifikan secara statistik.
Yang harus digaris bawahi dari penelitian terkait Alpha Omega Trial ini adalah bahwa asam lemak dalam Omega-3 tidak mengurangi titik akhir kejadian utama kardi-ovaskular,” kata Kromhout sembari menyebutkan bahwa temuan kebutuhan ALA butuh konfirmasi lebih lanjut.
Sebelumnya diketahui, Omega- 3 diperkirakan membantu mengurangi risiko denyut jantung yang abnormal, memperlambat pertumbuhan vlek yang dapat menyumbat pembuluh darah, dan lemak berbahaya yang lebih rendah disebut trigliserida. Dalam beberapa tahun terakhir, Omega-3 juga telah ditambahkan ke beberapa makanan seperti mentega dan telur, atau label makanan khusus mengandung Omega-3 seperti ikan tuna.
Dua jenis Omega-3 berasal dari ikan liar berminyak, seperti salmon, makarel, dan tuna. Jenis ketiga berasal dari tanaman, termasuk kenari, biji rami, kedelai, dan minyak canola. Dr Murray A Mittleman, direktur epidemiologi kardiovaskular di unit penelitian di Beth Israel Medical Center diakones di Harvard Medical School, Boston, Amerika Serikat, mengaku tidak terkejut dengan hasil penelitian ini.
”Penelitian lain malah menunjukkan tidak ada manfaat dari Omega-3 (terhadap serangan jantung), selain melindungi terhadap kematian yang dikaitkan dengan aritmia jantung dari pasien yang baru saja selamat dari serangan jantung,” ungkap Mittleman. Hal ini, jelas dia, berlaku selama periode pascaserangan yang akut ketika pasien yang paling rentan terhadap terjadinya serangan berikutnya. ”Tapi dalam studi ini, dalam beberapa kasus, pasien mulai mengonsumsi suplemen (Omega-3) sejak setahun ketika pertama kali serangan terjadi,” kata Mittleman.
”Jadi, itu perbedaan besar dalam jenis pasien yang diperiksa. Mereka juga tidak hanya dilihat proses pencegahannya namun semua peristiwa rusaknya hati yang mengikutinya. Selain itu, dosis suplemen yang mereka gunakan di sini sangat rendah, bahkan lebih rendah dari yang digunakan dalam studi sebelumnya,” lanjutnya.
”Jadi, mungkin terjadi perbedaan besar dalam studi desain untuk isi dari temuan baru ini,” terang Mittleman. “Dalam kasus apa pun, saya akan menegaskan bahwa penyelidikan lanjutan harus benar-benar dikaji,” tambahnya. Dr Gregg C Fonarow, seorang profesor kardiologi di Universitas California, Los Angeles,Amerika Serikat, setuju dengan pernyataan ini.
”Ada kemungkinan bahwa perbaikan dalam perawatan lain untuk pasien serangan jantung telah membuat suplementasi minyak ikan kurang penting untuk mengurangi risiko kardiovaskular,” katanya. Namun, lanjut Fonarow, kemungkinan juga bahwa dosis yang berbeda yang digunakan dalam penelitian ini telah berpengaruh dan membuat perbedaan menyangkut hasil dibanding studi sebelumnya.
Dosisnya mungkin terlalu rendah, sedangkan dosis yang lebih tinggi akan diberikan segera setelah serangan jantung dalam rangka pencegahan. ”Jadi, saya akan berkata bahwa tidak berarti final bahwa tidak ada relativitas antara omega-3 dan kesehatan kardiovaskular,” tutur Fonarow.
Sumber: okezone.com
Comments
Post a Comment