Istilah Atresia bilier belakangan "naik ke permukaan" setelah kisah Bilqis Anindya Passa (17 bulan), muncul di berbagai media. Lewat kampanye "Koin Cinta Bilqis" yang disebarluaskan orangtuanya lewat facebook, Bilqis dan penyakitnya mulai dikenal.
Dana dari berbagai kalangan pun mengucur. Ya, bocah malang itu butuh sedikitnya 1 Milyar Rupiah untuk operasi cangkok hati guna mengganti hatinya yang rusak parah. Tragisnya, banyak bayi di Indonesia menderita penyakit "mahal" itu, bukan hanya Bilqis!
Seperti apakah Atresia bilier? Simak penjelasan DR. Dr. Hanifah Oswari, Sp.A(K) dari divisi Gastroentero-Hepatologi Anak FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo berikut ini.
Saluran empedu rusak
Atresia bilier (AB) merupakan suatu kondisi kelainan hati yaitu terjadi penyumbatan saluran empedu. “Saluran empedu terdapat di dalam hati dan di luar hati. Nah, saluran empedu yang di luar hati menghubungkan hati ke usus 12 jari. Pada AB, terjadi kerusakan progresif di saluran empedu di bagian luar dari hati, akibatnya saluran itu menjadi tertutup atau buntu,” buka dokter Hanifah yang sempat menangani kasus Bilqis.
Di sinilah letak masalahnya! “Akibat kebuntuan itu, empedu yang seharusnya mengalir dari hati menuju usus 12 jari terblokir. Akibatnya, empedu terperangkap di dalam hati,” jelas dokter berkacamata itu.
Kenali tanda-tandanya!
Mungkin Moms bertanya-tanya mengapa terjadi penyumbatan? Sayangnya penyebab AB hingga kini belum diketahui. Pada beberapa bayi, AB dapat terjadi karena saluran empedu menjadi rusak selama kehamilan (tipe kongenital) dan bisa juga terjadi setelah bayi lahir (tipe perinatal).
“Penyakit ini termasuk cukup sering, ditemui sekitar 1:10.000 - 15.000 kelahiran,” papar Hanifah yang tiap bulan kedatangan 1 – 2 pasien Atresia bilier di RSCM.
Jadi, perlu diwaspadai! Sebab tak sedikit orangtua yang terlambat membawa buah hatinya ke rumah sakit.
Lantas, bagaimana gejalanya?
1. Kuning
“Pagi-pagi dijemur saja, nanti kuningnya hilang sendiri, kok!” begitulah nasihat yang kerap terlontar bila bayi Anda mengalami kuning.
Tentu saja boleh dilakukan Moms, namun bila tak kunjung hilang lebih dari usia 2 minggu, segera periksakan ke dokter. Pasalnya, kuning yang berkelanjutan dapat mengindikasikan ada kelainan pada hati si kecil, salah satunya AB.
Umumnya AB ditandai dengan kuning yang terjadi lebih dari 2 minggu sesudah lahir. Kondisi ini disebabkan bilirubin di dalam hati menumpuk dan menyebar ke dalam darah, bola mata dan kulit pun menjadi kuning.
2. Tinja berwarna putih atau dempul
Perlu diketahui, cairan empedu mengandung komponen-komponen seperti bilirubin, garam empedu, kolesterol dan elektrolit. Bilirubin antara lain berfungsi "mewarnai" kotoran. Akibat empedu yang mengandung bilirubin itu tak masuk ke usus halus, kotoran yang keluar akan berwarna putih atau pucat, mirip dempul.
“Tanda-tanda tersebut memang mengarah pada penyakit hati, tapi belum tentu AB. Penyakit hati banyak, contohnya infeksi saluran kemih, plak dalam saluran empedu, infeksi CMV, Herpes, atau Rubella,” jelas Hanifah.
Untuk memastikan, dokter akan bertanya gejala-gejala yang penting, melakukan pemeriksaan fisik bayi, pemeriksaan laboratorium, USG hati dan saluran empedu. Bila mengarah pada AB, akan dilanjutkan pada biopsi hati atau pemeriksaan kolangiografi (melihat saluran empedu) untuk menegakkan diagnosis.
3. Gatal-gatal
Yang sering luput dari pantauan orangtua, bayi dengan AB tampak sehat setelah lahir. “Pada usia 2 hingga 3 minggu, bayi tampak aktif, menyusunya kuat, pertambahan berat badannya bagus. Kuningnya pun tak kentara, hanya kelihatan sedikit kuning,” urai Hanifah.
Bila sel-sel hati mulai rusak, biasanya gejala tampak lebih jelas. Umumnya, sekitar usia 3 – 6 bulan, bayi menjadi rewel, tidak nafsu makan, selalu menggaruk-garuk badannya akibat gatal-gatal di seluruh tubuh dan berat badan tak bertambah. Pada tahap lebih lanjut, anak bisa mengalami muntah darah dan perut membesar.
Prosedur kasai
AB tidak bisa diobati dengan obat-obatan. Terapi yang paling baik adalah mengganti saluran empedu yang rusak. Jika saluran empedu dalam hati tidak terganggu, maka tindakan rekonstruksi bisa dilakukan. Operasi ini disebut prosedur Kasai (ditemukan oleh ahli bedah Jepang bernama dr. Morio Kasai). Dalam operasi tersebut, dokter bedah akan membuat saluran empedu dari hati langsung ke usus 12 jari. Sayangnya, prosedur Kasai bukanlah pengobatan final.
“Prosedur Kasai bisa menolong pasien cukup lama, bisa pula sementara. Paling tidak, bisa menunda waktu transplantasi pada beberapa pasien,” hibur Hanifah.
Tingkat keberhasilan prosedur Kasai pada bayi di bawah umur 2 bulan cukup tinggi, bisa mencapai 80 persen. Tapi akan menurun drastis bila dilakukan lebih dari 3 bulan, yakni hanya sekitar 20 persen saja.
Transplantasi hati
Pada tingkat yang lebih parah, bayi dengan AB yang masih berusia 3 bulan saja bisa mengalami sirosis. “Sirosis itu penciutan hati, struktur hati sudah menjadi kacau akibat kerusakan sel-sel hati yang menyeluruh. Akan terbentuk jaringan-jaringan ikat sehingga secara umum struktur hati menjadi tidak beraturan lagi,” papar Hanifah.
Dampak dari sirosis adalah terganggunya struktur dan fungsi hati. Bila berkelanjutan akan menyebabkan gagal hati. Mau tak mau, transplantasi hati menjadi satu-satunya pilihan. Ya, hati yang rusak diganti dengan hati yang sehat dari pendonor.
Sayangnya, biaya cangkok hati sangat mahal! Inilah yang menjadi kendala pasien AB hingga banyak yang tidak tertolong. Selain itu, rumah sakit yang bisa melakukan operasi cangkok hati di Indonesia sangat sedikit. Hingga kini, baru RSUP Dr. Kariadi Semarang yang pernah melakukannya. Rencananya, Bilqis juga akan melakukan cangkok hati di sana. Kita doakan saja semoga semuanya berlangsung baik!
Tip Waspada
Bawa si kecil yang baru lahir ke dokter bila kuningnya lebih dari 2 minggu, jangan dijemur terus! Cara mengetahui kuning: periksa kulit dada bayi di bawah cahaya matahari pagi. Tarik atau lebarkan kulit dadanya dengan jari tangan Anda. Ia mengalami kuning bila permukaan kulit yang ditekan tampak kuning. Jangan lupa perhatikan warna tinjanya.
Jangan lupa perhatikan warna tinjanya. Bila tinja si kecil berwarna putih atau dempul, bawa ke dokter! Masukkan tinjanya ke dalam plastik bening lalu bungkus lagi dengan plastik hitam agar tak berubah warna akibat terkena sinar matahari. Hal ini membantu dokter untuk menegakkan diagnosis.
Sumber: okezone.com
Comments
Post a Comment