DATA Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukan pada 2005 kanker telah membunuh lebih dari 206.000 orang di Indonesia. 12,5 persen berasal dari penderita kanker hati.
International Agency for cancer Research, GLOBOCAN 2002, menyebutkan kanker hati adalah enam dari kanker paling umum yang ditemukan di seluruh dunia dan merupakan penyebab kematian ketiga akibat kanker secara global.
"Kanker hati merupakan jenis kanker yang sering ditemukan di Indonesia," ucap dokter spesialis penyakit dalam Prof dr Ali Sulaiman SpPD PhD KGEH FACG.
Ali juga menambahkan, kanker hati terjadi apabila sel kanker berkembang pada jaringan hati. Adanya gejala yang ditimbulkan dari penyakit ini, di antaranya kekurangan berat badan tanpa adanya alasan yang diketahui dan tanpa berusaha untuk mengurangi berat badan, kehilangan selera makan secara berkelanjutan, merasa kenyang setelah makan dalam porsi sedikit, pembengkakan di bagian kanan perut yang berada tepat di bawah tulang rusuk, warna kulit dan mata yang kuning kehijauan, keletihan yang tidak biasanya dan mual.
"Penyakit ini adalah penyakit yang tidak mengenal umur. Selain itu, masalah penyakit kanker hati ini sangat erat kaitannya dengan penyakit hepatitis B dan hepatitis C," ucap dokter yang juga menjabat sebagai Ketua Pokja Hepatitis Virus ini.
Meningkatnya penderita kanker hati setiap tahunnya ini disebabkan tingginya kasus hepatitis B dan C kronis di Indonesia. Dua penyakit ini penyebab terjadinya kanker hati. Selain itu penyakit ini sulit terdeteksi.
"Kanker hati (karsinoma hepatoseluler) disebabkan adanya infeksi hepatitis B kronis apabila terjadi dalam jangka waktu lama. Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan virus hepatitis B (VHB) yang menyerang hati. Selain itu hepatitis B dalam jangka waktu lama juga bisa menyebabkan pengerasan hati (sirosis), bahkan dapat menyebabkan kematian," ucap ahli hepatologi Departemen Penyakit Dalam Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta ini.
Selanjutnya, fakta menunjukkan bahwa hepatitis B adalah penyebab kematian nomor 10 di dunia. Hingga saat ini, 2 miliar orang terinfeksi di seluruh dunia, dan 350 juta orang berlanjut menjadi pasien dengan infeksi hepatiatis B kronik. Di Indonesia sendiri diperkirakan angka kejadian infeksi hepatitis B kronik mencapai 5-10 persen dari total jumlah penduduk.
Ketua komisi Hubungan Masyarakat dari Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) dr Irsan Hasan SpPD KGEH mengatakan, gejala infeksi virus hepatitis B pada orangtua berbeda dengan gejala yang terdapat pada anak-anak yang pengidap penyakit ini.
"Gejala infeksi virus hepatitisBsangatberkaitandengan aktivitas sistem imun tubuh. Serangan sistem imun terhadap sel hati yang mengandung virus akan menimbulkan kerusakan. Serangan bertubi-tubi akan menyebabkan kerusakan hebat. Kerusakan ini akan bermanifestasi berupa gejala seperti kuning, mual, lemas, dan sebagainya," paparnya.
Dia juga menambahkan, serangan bertubi-tubi hanya bisa terjadi jika sistem imun sudah terbentuk dengan baik. Pada anak kecil, sistem kekebalan tubuhnya (sistem imun) masih belum sempurna sehingga tidak mampu melakukan serangan terhadap sel hati. Akibatnya gejala jarang sekali muncul.
Sebagai dampaknya, virus tidak bisa dieliminasi sehingga infeksi jadi berlanjut alias menjadi kronik. Sebaliknya, pada dewasa sistem imun sudah sempurna sehingga virus beserta sel hati yang didiaminya dapat segera dihancurkan. "Konsekuensi kehancuran sel hati adalah timbulnya gejala," kata Irsan.
Dia juga mengatakan, hepatitis B dapat menular. Penularan virus ini bisa terjadi di antaranya karena kontak darah antara nonpenderita hepatitis B dan penderita hepatitis B.
Penyakit ini, Irsan menyebutkan, sebenarnya sering ditemukan tanpa gejala. Umumnya, si penderita terdeteksi saat check up. Banyak sekali pasien yang diobati tidak tahu kalau dirinya sudah sakit. "Virus ini adalah virus yang pintar karena dia (virus) berdiam diri di sel hati," ujar Irsan.
Beragamnya pengobatan hati bisa dilakukan bagi pasien ini. Umumnya cara pengobatan yang dilakukan si penderita untuk penyakit ini adalah dengan cara operasi dengan cara transpalasi hati.
Ketua dari PPHI dr Unggul Budihusodo SpPD KGEH menjelaskan bahwa transpalasi hati ini adalah satu-satunya pengobatan yang diakui secara total dapat menyembuhkan.
Sumber: www.lifestyle.okezone.com
International Agency for cancer Research, GLOBOCAN 2002, menyebutkan kanker hati adalah enam dari kanker paling umum yang ditemukan di seluruh dunia dan merupakan penyebab kematian ketiga akibat kanker secara global.
"Kanker hati merupakan jenis kanker yang sering ditemukan di Indonesia," ucap dokter spesialis penyakit dalam Prof dr Ali Sulaiman SpPD PhD KGEH FACG.
Ali juga menambahkan, kanker hati terjadi apabila sel kanker berkembang pada jaringan hati. Adanya gejala yang ditimbulkan dari penyakit ini, di antaranya kekurangan berat badan tanpa adanya alasan yang diketahui dan tanpa berusaha untuk mengurangi berat badan, kehilangan selera makan secara berkelanjutan, merasa kenyang setelah makan dalam porsi sedikit, pembengkakan di bagian kanan perut yang berada tepat di bawah tulang rusuk, warna kulit dan mata yang kuning kehijauan, keletihan yang tidak biasanya dan mual.
"Penyakit ini adalah penyakit yang tidak mengenal umur. Selain itu, masalah penyakit kanker hati ini sangat erat kaitannya dengan penyakit hepatitis B dan hepatitis C," ucap dokter yang juga menjabat sebagai Ketua Pokja Hepatitis Virus ini.
Meningkatnya penderita kanker hati setiap tahunnya ini disebabkan tingginya kasus hepatitis B dan C kronis di Indonesia. Dua penyakit ini penyebab terjadinya kanker hati. Selain itu penyakit ini sulit terdeteksi.
"Kanker hati (karsinoma hepatoseluler) disebabkan adanya infeksi hepatitis B kronis apabila terjadi dalam jangka waktu lama. Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan virus hepatitis B (VHB) yang menyerang hati. Selain itu hepatitis B dalam jangka waktu lama juga bisa menyebabkan pengerasan hati (sirosis), bahkan dapat menyebabkan kematian," ucap ahli hepatologi Departemen Penyakit Dalam Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta ini.
Selanjutnya, fakta menunjukkan bahwa hepatitis B adalah penyebab kematian nomor 10 di dunia. Hingga saat ini, 2 miliar orang terinfeksi di seluruh dunia, dan 350 juta orang berlanjut menjadi pasien dengan infeksi hepatiatis B kronik. Di Indonesia sendiri diperkirakan angka kejadian infeksi hepatitis B kronik mencapai 5-10 persen dari total jumlah penduduk.
Ketua komisi Hubungan Masyarakat dari Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) dr Irsan Hasan SpPD KGEH mengatakan, gejala infeksi virus hepatitis B pada orangtua berbeda dengan gejala yang terdapat pada anak-anak yang pengidap penyakit ini.
"Gejala infeksi virus hepatitisBsangatberkaitandengan aktivitas sistem imun tubuh. Serangan sistem imun terhadap sel hati yang mengandung virus akan menimbulkan kerusakan. Serangan bertubi-tubi akan menyebabkan kerusakan hebat. Kerusakan ini akan bermanifestasi berupa gejala seperti kuning, mual, lemas, dan sebagainya," paparnya.
Dia juga menambahkan, serangan bertubi-tubi hanya bisa terjadi jika sistem imun sudah terbentuk dengan baik. Pada anak kecil, sistem kekebalan tubuhnya (sistem imun) masih belum sempurna sehingga tidak mampu melakukan serangan terhadap sel hati. Akibatnya gejala jarang sekali muncul.
Sebagai dampaknya, virus tidak bisa dieliminasi sehingga infeksi jadi berlanjut alias menjadi kronik. Sebaliknya, pada dewasa sistem imun sudah sempurna sehingga virus beserta sel hati yang didiaminya dapat segera dihancurkan. "Konsekuensi kehancuran sel hati adalah timbulnya gejala," kata Irsan.
Dia juga mengatakan, hepatitis B dapat menular. Penularan virus ini bisa terjadi di antaranya karena kontak darah antara nonpenderita hepatitis B dan penderita hepatitis B.
Penyakit ini, Irsan menyebutkan, sebenarnya sering ditemukan tanpa gejala. Umumnya, si penderita terdeteksi saat check up. Banyak sekali pasien yang diobati tidak tahu kalau dirinya sudah sakit. "Virus ini adalah virus yang pintar karena dia (virus) berdiam diri di sel hati," ujar Irsan.
Beragamnya pengobatan hati bisa dilakukan bagi pasien ini. Umumnya cara pengobatan yang dilakukan si penderita untuk penyakit ini adalah dengan cara operasi dengan cara transpalasi hati.
Ketua dari PPHI dr Unggul Budihusodo SpPD KGEH menjelaskan bahwa transpalasi hati ini adalah satu-satunya pengobatan yang diakui secara total dapat menyembuhkan.
Sumber: www.lifestyle.okezone.com
Comments
Post a Comment