Skip to main content

Kanker Serviks, Perenggut Kehidupan Wanita

KANKER serviks atau kanker mulut rahim memang patut ditakuti kaum wanita. Di Indonesia, kanker ini tercatat sebagai pembunuh nomor satu kaum Hawa.

Sayangnya, informasi yang berkaitan dengan kanker serviks belum dapat menjangkau seluruh masyarakat terutama kaum wanita. Padahal, semua wanita berisiko kanker yang menyerang organ utama mereka.Dokter spesialis Ginekologi-onkologi yang juga konsultan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, DR dr Andrijono SpOG(K), mengatakan risiko akan semakin meningkat dengan bertambahnya usia dan menyentuh kehidupan wanita pada saat-saat terpenting dalam hidupnya yaitu antara usia 30-50 tahun.

"Justru pada saat para wanita masih aktif bekerja dan bertanggung jawab atas anak atau anggota keluarga lainnya," ujar Andrijono, pada peluncuran vaksin kanker serviks dengan adjuvan inovatif ASO4 dari GlaxoSmithKline (GSK) di Jakarta.



Berdasarkan pengalamannya menangani pasien yang mengidap kanker, Andrijono memaparkan, tidak hanya kualitas hidup pasien termasuk psikis, fisik, dan kesehatan seksual yang terganggu, pihak keluarga juga ikut terbebani. Ditambah lagi dengan faktor biaya pengobatan kanker yang tergolong mahal.

Ternyata penyebab kanker serviks adalah infeksi atau reinfeksi HPV (Human papilloma virus). Sekitar 99,7 persen kanker serviks disebabkan HPV onkogenik atau penyebab kanker. Andrijono mengungkapkan, hasil penelitian menyimpulkan bahwa HPV 16 dan 18 merupakan penyebab utama pada 70 persen kasus kanker serviks di dunia.

"Dari sekitar 96 jenis tipe HPV ditemukan bahwa HPV onkogenik sekitar 19 tipe. HPV 16 dan 18 merupakan penyebab kanker paling banyak di dunia, " terangnya.

Sebuah penelitian yang dilakukan RS Dr Cipto Mangunkusumo bekerja sama dengan Belanda, menemukan bahwa penyebab kanker paling banyak di Indonesia ialah HPV 16, 18, dan 52. Identifikasi virus HPV ini dilakukan di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Tasikmalaya.

"Sekitar 70%-80% adalah infeksi HPV 16 dan 18. Serta sekitar 5 persen merupakan kombinasi dari infeksi HPV 16, 18, dan 52. Jadi mungkin terjadi infeksi yang tidak tunggal," paparnya.

Namun, lanjut Andrijono, sebenarnya virus memiliki sifat alami untuk bisa sembuh dengan sendirinya. Sekitar 75%-90% infeksi virus ini bisa sembuh dengan sendirinya. Hanya sekitar 2 persen yang berkembang menjadi kanker.

"Dari 100 orang yang terkena infeksi, artinya hanya dua orang yang akan berkembang menjadi kanker. Tapi, kita tidak bisa mengetahui siapa yang akan terkena," ujarnya.

Ada beberapa faktor yang dapat mempertinggi kemungkinan infeksi HPV berubah menjadi kanker, antara lain ialah kebiasaan berhubungan seks yang abnormal, berganti-ganti pasangan, merokok, menikah pada usia yang sangat muda serta usia yang semakin tua.

"Bagi wanita yang menikah di usia muda, hubungan seksual dilakukan saat serviks belum matang sehingga mudah ditembus virus. Sedangkan, bagi wanita yang sudah tua, risiko semakin tinggi karena penurunan proses recovery dari sel sehingga lebih mudah ditembus oleh virus," jelas Andrijono.

Perjalanan dari infeksi HPV hingga menjadi kanker ser viks sebenarnya memakan waktu cukup lama, bisa mencapai 10-20 tahun. Sayangnya, proses ini seringkali tidak dirasakan para penderita. Pasalnya, proses infeksi HPV kemudian menjadi prakanker sebagian besar berlangsung tanpa gejala.

"Perkembangan infeksi HPV, mulai dari lesi derajat rendah ke lesi derajat tinggi yang kita sebut dengan stadium 0, yang artinya belum ada metasasis atau penyebaran karena membran masih kuat menahan," tutur Andrijono.

Pada lesi derajat rendah, mungkin saja akan kembali normal tergantung dari daya tahan tubuh. Namun, jika sudah menjadi lesi derajat tinggi maka harus segera dilakukan tindakan kedokteran.

"Saya mempunyai seorang pasien yang diketahui prakanker. Saat itu kita sarankan untuk operasi, namun ia tidak bersedia. Ternyata, tiga bulan kemudian sudah masuk stadium 1. Kemudian, ia berobat ke Australia ternyata kanker sudah menyebar dan masuk ke stadium lanjut. Tiga tahun kemudian pasien tersebut meninggal dunia," ujar Andrijono mengenai salah satu pasiennya.

PatrickNg, Managing Director GSK mengungkapkan keprihatinannya terhadap betapa mudahnya wanita Indonesia terinfeksi virus HPV sebagai penyebab kanker serviks. Bagi para penderita, ini dapat memengaruhi hal yang fundamental sekaligus emosional.

"Vaksin HPV ini diharapkan dapat membantu mencegah kanker serviks, mempertahankan kualitas hidup, dan memperpanjang usia harapan sehingga wanita dapat membangun keluarganya menjadi generasi yang sehat," ujar Patrick.


(sindo//tty)
Sumber: www.lifestyle.okezone.com

Comments

Popular posts from this blog

Menghilangkan Batu Empedu Secara Alamiah

Menghilangkan Batu Empedu Secara Alamiah oleh Dr Lai Chiu-Nan Ini telah berhasil bagi banyak orang. Apabila kejadian anda demikian juga, ayolah beritahu pada orang lain. Dr. Chiu-Nan sendiri tak memungut biaya untuk informasinya ini, karena itu sebaiknya kita buat ini gratis juga. Ganjarannya adalah bila ada orang yang karena informasi yang anda berikan menjadi sehat. Batu empedu tak banyak dirisaukan orang, tapi sebenarnya semua perlu tahu karena kita hampir pasti mengindapnya. Apalagi karena batu empedu bisa berakhir dengan penyakit kanker. "Kanker sendiri tidak pernah muncul sebagai penyakit pertama" kata Dr.Chiu-Nan. "Umumnya ada penyakit lain yang mendahuluinya. Dalam penelitian di Tiongkok saya menemukan bacaan bahwa orang-orang yang terkena kanker biasanya ada banyak batu dalam tubuhnya. Dalam kantung empedu hampir semua dari kita mengandung batu empedu. Perbedaannya hanya dalam ukuran dan jumlah saja. Gejala adanya batu empedu biasanya adalah perasaan pen

Garis Besar Usaha Kesehatan

PROMOTIF, PREVENTIF, KURATIF, REHABILITATIF Dalam garis besar usaha kesehatan, dapat dibagi dalam 3 golongan, yaitu : 1. Usaha pencegahan (usaha preventif) Upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara etimologi berasal dari bahasa latin, pravenire yang artinya datang sebelum atau antisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas, prevensi diartikan sebagai upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat Upaya preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan individu, keluarga,  kelompok dan masyarakat. Usaha-usaha yang dilakukan, yaitu : Pemeriksaan kesehatan secara berkala (balita, bumil, remaja, usila,dll) melalui posyandu, puskesmas, maupun kunjungan rumah Pemberian Vitamin A, Yodium melalui posyandu, puskesmas, maupun dirumah Pemeriksaan dan p

Kenali Beberapa Pemicu Bayi Besar

Badan yang subur acap kali dijadikan salah satu indikator kemakmuran seseorang. Demikian halnya anggapan yang salah di kalangan masyarakat yang kerap menganggap anak gemuk itu lucu dan sehat. Padahal tidak demikian, kelebihan berat badan (overweight) apalagi obesitas saat ini sudah menjadi sebuah epidemi global yang perlu segera diatasi dan dicegah karena dapat menyebabkan beragam masalah kesehatan. Tak hanya pada orang dewasa, kegemukan yang terjadi sejak masa kanak-kanak dapat menyuramkan kondisi kesehatan si anak pada kemudian hari. Dengan kata lain, anak yang kegemukan sejak kecil diprediksi bakal lebih cepat mengalami gangguan kesehatan. Sejumlah studi bahkan menyimpulkan, anak-anak yang kelebihan berat badan sejak usia kurang dari 10 tahun akan menghadapi ancaman stroke pada usia 40, bahkan bisa dimulai sejak usia 30. Cukup menyeramkan kan? Nah, terkait janin besar, memang ada kemungkinan si bayi mencapai berat badan normal seiring pertumbuhannya. Namun, perlu dipahami bahwa bobo