Melihat masih rendahnya kesadaran atas risiko kolesterol yang terus meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat, PT Pfizer Indonesia (Pfizer) ingin mengajak masyarakat untuk lebih memahami mengenai kolesterol, dampak serta penanganan dan pencegahannya.
Bertepat pada bulan Ramadan ini, Pfizer mengajak masyarakat untuk tetap menjaga pola hidup yang seimbang dan sehat selama menjalani ibadah puasa.
Andriani Ganesmwari, Marketing Communication Senior Manager PT Pfizer Indonesia mengatakan, "Sudah menjadi suatu kebiasaan setiap Ramadan, serta saat Idul Fitri kita memiliki kecenderungan untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang manis dan bersantan. Selain itu, kita pun cenderung mengurangi aktivitas olah tubuh dengan alasan menyimpan tenaga agar kuat menjalani tugas sehari-hari. Tanpa kita sadari perubahan gaya hidup selama Ramadan dan Idul Fitri ini dapat menimbulkan risiko kolesterol tinggi. Oleh karena itu Pfizer, sebagai salah satu perusahaan yang peduli dan terdepan di sektor kesehatan, mengajak masyarakat mengontrol kolesterolnya dengan cermat selama bulan suci ini agar tidak ada sesal di kemudian hari."
Kolesterol merupakan senyawa lemak kompleks yang 80 persen dihasilkan dalam tubuh, yaitu olah organ hati dan sisanya dari luar tubuh lewat asupan makanan. Kolesterol memiliki beragam fungsi bagi tubuh, antara lain sumber energi, pembentukan dinding sel, dan pembentukan hormon.
Di negara-negara maju dengan konsumsi kolesterol yang tinggi, seperti Amerika Serikat, penyakit jantung merupakan salah satu penyebab utama kematian. Penelitian yang dilakukan American heart Association (AHA) menyatakan bahwa lebih dari 100 juta orang di negara tersebut memiliki kadar kolesterol di atas rata-rata dan 40 juta di antaranya memiliki kadar kolesterol yang sangat tinggi. Kondisi ini menyebabkan angka kematian akibat penyakit jantung dan stroke mencapai 500.000 orang setiap tahunnya.
Data yang dikeluarkan oleh WHO pada 2002 memperlihatkan bahwa hiperkolesterolemia menyebabkan 4,4 juta kematian di dunia. Sebagian besar dari orang yang memiliki sifat hiperkolesterolemia adalah mereka yang mempunyai rata-rata kadar kolesterol cukup tinggi antara 200-250 mg persen.
"Tingginya kadar kolesterol dalam darah dapat meningkatkan risiko serangan jantung koroner. Di beberapa negara maju prevelensi penyakit jantung koroner sebenarnya sudah mulai menunjukkan penurunan beberapa tahun terakhir ini. Tetapi tidak demikian dengan negara berkembang. Pola hidup yang tidak sehat merupakan faktor utama penyebab meningkatnya kasus penyakit jantung koroner yang diakibatkan oleh tingginya kadar kolesterol dalam darah. Karena itulah, sangat penting bagi masyarakat untuk mulai menyikapi kolesterol dengan bijak sejak dini dan merubah gaya hidup ke arah yang lebih sehat," ujar spesialis penyakit jantung dan pembuluh darah, dr Arieska Ann Soenarta SpJP (K).
Data lain yang masih berkaitan dengan penyakit yang disebabkan oleh gangguan kolesterol berasal dari hasil International Stroke Conference (konferensi stroke internasional). Konferensi yang diadakan di Wina, Austria tahun 2008 ini menyatakan, bahwa jumlah pengidap stroke di kawasan Asia terus meningkat.
Stroke juga merupakan penyebab kematian ketiga terbesar di Indonesia saat ini, dan cenderung mengancam usia-usia produktif di bawah 45 tahun.
Bagi masyarakat yang belum memiliki sifat hiperkolesterolemia, risiko gangguan ini dapat dikontrol dengan secara berkesinambungan mengontrol gaya hidup mereka, melalui pola makan dan olahraga. Selain itu, untuk mendeteksi risiko kolesterol yang mungkin dihadapi, masyarakat harus secara rutin melakukan cek kolesterol setidaknya enam bulan sekali.
Deteksi rutin ini dapat membantu masyarakat untuk lebih cepat bertindak dalam mengantisipasi gangguan kolesterol apabila tingkat risiko mereka sudah dinyatakan tinggi.
"Bagi masyarakat yang telah terdeteksi memiliki risiko gangguan kolesterol tinggi, mereka harus segera bertindak dengan cepat untuk menurunkan kadar kolesterol jahat yang ada di dalam tubuhnya. Penurunan kadar kolesterol ini dapat dilakukan dengan mengonsumsi obat-obatan secara teratur, dan tentunya perubahan gaya hidup. Kadar kolesterol juga harus diperiksa secara rutin di laboratorium dan dikonsultasikan dengan dokter," jelas dr Arieska.
Berdasarkan Yayasan Stroke Indonesia, saat ini terdapat kecenderungan meningkatnya jumlah penyandang stroke di Indonesia dalam dasawarsa terakhir. Kecenderungannya menyerang generasi muda yang masih dalam usia produktif. Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya tingkat produktivitas, serta dapat mengakibatkan terganggunya sosial ekonomi keluarga.
"Tidak dapat dipungkiri, peningkatan jumlah penderita stroke di Indonesia identik dengan kolesterol yang diakibatkan oleh pola hidup yang tidak sehat. Oleh karena itu, kami mendukung ajakan Pfizer kepada masyarakat untuk lebih mengontrol kolesterolnya serta menjalani hidup yang lebih sehat, baik selama Ramadan dan hari raya maupun setelah itu, agar terhindar dari penyakit-penyakit serius seperti stroke," ujar Dr H Sutarto Prodjo Disastro SpS, spesialis penyakit saraf serta Ketua Bidang Humas dan Penyuluhan Yayasan Stroke Indonesia.
Untuk mendukung pola hidup sehat, Pfizer telah mengenalkan konsep 3 Ring Peduli Kolestrol. Langkah ini dilakukan dengan memerhatikan tiga faktor, yaitu asupan makanan, olah tubuh, dan kepatuhan menjalaninya.
"Sejak tahun 2005, Pfizer telah mengenalkan konsep 3 Ring Peduli Kolestrol yang bertujuan untuk membantu masyarakat dalam mengontrol gaya hidupnya agar terbebas dari gangguan kolesterol. 3 Ring Peduli Kolesterol disusun oleh Pfizer berdasarkan suatu pemahaman terhadap tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam penanganan faktor risiko kolesterol yang digambarkan dalam bentuk cincin, yaitu diet (pola makan), exercise (olahraga), dan compliance (kepatuhan)," pungkas Andriani.
Sumber: okezone.com
Comments
Post a Comment