PERJALANAN untuk menemukan vaksin pencegah AIDS tampaknya masih panjang. Krisis ekonomi yang melanda dunia rupanya turut berpengaruh terhadap pendanaan penelitian AIDS, dan itu artinya juga berdampak terhadap kemunduran upaya penemuan vaksin pelawan HIV penyebab AIDS.
Afrika Selatan merupakan pusat epidemi AIDS. Data menyebutkan, dari total 33 juta pengidap HIV/AIDS di seluruh dunia, sekitar 5,5 juta di antaranya berada di wilayah ini.
Kemunduran ekonomi telah ikut meredupkan semangat ilmuwan yang sebelumnya telah bersusah-payah melakukan riset. Salah satu temuan terakhir vaksin HIV ternyata tak hanya gagal mencegah infeksi, malah menunjukkan peningkatan risiko terinfeksi virus tersebut. Hal ini tentu menambah keputusasaan para peneliti.
Belum lagi embusan isu bahwa yayasan yang bergerak di bidang sosial semacam Bill and Melinda Gates Foundation akan memangkas anggaran dana amal mereka. Padahal, yayasan ini merupakan salah satu penyokong dana terbesar dalam proyek-proyek kesehatan dan pengembangannya. "Ini bukanlah kabar baik bagi dunia penelitian secara umum, terutama penelitian tentang vaksin," sebut Ketua Global HIV Vaccine Enterprise, Alan Bernstein. "Benar-benar tahun yang penuh gejolak," katanya.
Fauci mengungkapkan, Institut Kesehatan Nasional tahun ini menganggarkan USD1, 5 miliar untuk AIDS, dan USD491 juta di antaranya dikhususkan untuk dana riset vaksin AIDS. Anggaran ini sebenarnya naik dari USD703 juta pada 1998 (USD115 juta untuk vaksin), dan USD223 juta pada 1988 (USD22 juta untuk riset vaksin). Masalahnya, kala itu para ilmuwan masih optimistis akan kesuksesan vaksin.
Fauci menampik kritik yang menuduh bahwa telah terlalu banyak dana yang dikeluarkan untuk menemukan vaksin. "Jika Anda dapat mencegah infeksi, itu artinya Anda mencegah pengeluaran yang sangat besar untuk membeli obat seumur hidup," ujarnya. Obat yang dimaksud Fauci adalah terapi antiretroviral yang dapat memperpanjang harapan hidup pengidap HIV/AIDS selama beberapa tahun.
"Sejarah juga membuktikan, vaksin merupakan langkah pencegahan paling efektif dari segi biaya," katanya mantap.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nation/UN) tahun lalu juga pernah menyerukan pemerintah agar merekomendasikan khitan (sunat) pria sebagai salah satu upaya pencegahan AIDS.
Sumber: www.lifestyle.okezone.com
Direktur Institut Nasional Penyakit Alergi dan Infeksi di Amerika Serikat, Anthony Fauci mengatakan, tidak mungkin memprediksi kapan pastinya ilmuwan medis dapat mengembangkan vaksin AIDS yang efektif di saat masih merebaknya sejumlah penyakit mematikan lainnya seperti campak dan cacar air. "Akankah ada jaminan bahwa kita akan sukses mendapatkan vaksin dalam kondisi seperti ini? Namun, bukan berarti kita lantas menyerah untuk terus mencoba menemukannya," ujar Fauci saat menghadiri konferensi internasional tentang vaksin AIDS di Cape Town Afrika Selatan bersama 900 ahli medis lainnya.
Afrika Selatan merupakan pusat epidemi AIDS. Data menyebutkan, dari total 33 juta pengidap HIV/AIDS di seluruh dunia, sekitar 5,5 juta di antaranya berada di wilayah ini.
Kemunduran ekonomi telah ikut meredupkan semangat ilmuwan yang sebelumnya telah bersusah-payah melakukan riset. Salah satu temuan terakhir vaksin HIV ternyata tak hanya gagal mencegah infeksi, malah menunjukkan peningkatan risiko terinfeksi virus tersebut. Hal ini tentu menambah keputusasaan para peneliti.
Belum lagi embusan isu bahwa yayasan yang bergerak di bidang sosial semacam Bill and Melinda Gates Foundation akan memangkas anggaran dana amal mereka. Padahal, yayasan ini merupakan salah satu penyokong dana terbesar dalam proyek-proyek kesehatan dan pengembangannya. "Ini bukanlah kabar baik bagi dunia penelitian secara umum, terutama penelitian tentang vaksin," sebut Ketua Global HIV Vaccine Enterprise, Alan Bernstein. "Benar-benar tahun yang penuh gejolak," katanya.
Fauci mengungkapkan, Institut Kesehatan Nasional tahun ini menganggarkan USD1, 5 miliar untuk AIDS, dan USD491 juta di antaranya dikhususkan untuk dana riset vaksin AIDS. Anggaran ini sebenarnya naik dari USD703 juta pada 1998 (USD115 juta untuk vaksin), dan USD223 juta pada 1988 (USD22 juta untuk riset vaksin). Masalahnya, kala itu para ilmuwan masih optimistis akan kesuksesan vaksin.
Fauci menampik kritik yang menuduh bahwa telah terlalu banyak dana yang dikeluarkan untuk menemukan vaksin. "Jika Anda dapat mencegah infeksi, itu artinya Anda mencegah pengeluaran yang sangat besar untuk membeli obat seumur hidup," ujarnya. Obat yang dimaksud Fauci adalah terapi antiretroviral yang dapat memperpanjang harapan hidup pengidap HIV/AIDS selama beberapa tahun.
"Sejarah juga membuktikan, vaksin merupakan langkah pencegahan paling efektif dari segi biaya," katanya mantap.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nation/UN) tahun lalu juga pernah menyerukan pemerintah agar merekomendasikan khitan (sunat) pria sebagai salah satu upaya pencegahan AIDS.
Sumber: www.lifestyle.okezone.com
Comments
Post a Comment