Skip to main content

Penderita Hipertensi Ringan Masih Aman Berpuasa

IBADAH puasa merupakan kewajiban umat Islam. Menjalankan puasa dengan aman tanpa dihambat oleh masalah kesehatan merupakan dambaan setiap muslimin dan muslimah. Tapi, bagaimana dengan penderita hipertensi? Amankah penderita hipertensi menjalankan puasa?

Sistim sirkulasi darah kita berpusat di jantung dan diteruskan oleh pembuluh darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah adalah hasil pengukuran kerja jantung yang memompa darah serta respon pembuluh darah arteri di seluruh tubuh tersebut. Pada pengukuran tekanan darah akan terdapat dua angka yang biasa disebut dengan tekanan sistolik atau angka bilangan dan tekanan diastolik atau angka penyebut.

Tekanan darah dibuat dengan normal akibat regulasi yang baik antara sistem saraf, hormon, fungsi ginjal, serta kondisi jantung dan pembuluh darah itu sendiri. Tekanan darah yang normal adalah sekitar kurang dari 120/80 mmHg. Jika tekanan sistolik lebih dari 120 tapi belum sampai 140 mmHg, akan berisiko terkena hipertensi.



Secara alami menurut dr Tiara SpS dari Departemen Neurologi FKUI ini, semakin tua usia kita, semakin akan terjadi perubahan-perubahan pada sistem jantung dan pembuluh darah, sehingga tekanan darah akan cenderung meningkat. Biasanya pada usia 30-50 tahun.

Hipertensi dapat dibagi menjadi dua bagian. Hipertensi primer atau esensial dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak atau belum diketahui penyebabnya. Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab, antara lain, beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah dan faktor genetik. Sementara hipertensi sekunder sendiri dapat diketahui. Sekitar 5-10 persen penderita hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit ginjal.

Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositorma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinetrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin). Stres, obesitas, alkohol, atau garam yang ada pada makanan bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang yang memiliki kepekaan yang diturunkan.

Pengobatan biasanya dikombinasikan dengan beberapa obat, seperti Diurelic (Tablet Hydrochlorothiazide) yang merupakan golongan obat hipertensi dengan proses pengeluaran cairan tubuh lewat urin. Kemudian Beta-blockers, yaitu obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah melalui proses memperlambat kerja jantung dan memperlebar pengontrolan tekanan darah.

Puasa dan Hipertensi.

Banyak penderita hipertensi ragu untuk menjalankan ibadah puasa pada bulan Ramadan. Tapi sebenarnya, sepanjang penyakit hipertensi itu belum memasuki tahap kronis, penderita bisa saja menjalankan ibadah puasa secara aman, asalkan mengetahui caranya.

Serangan hipertensi dapat terjadi bila tekanan darah naik melebihi batas normal sehingga menyebabkan kerusakan pembuluh darah di seluruh tubuh. Akan tetapi, yang paling berbahaya adalah jika mengenai darah di organ vital, seperti otak dan jantung dan dapat menyebabkan terjadinya stroke dan serangan jantung yang bisa berujung pada kematian. "Pembuluh darah yang paling sering mengalami gangguan adalah di pembuluh darah kecil, seperti pembuluh arteri di mata dan ginjal, saraf-saraf di ujung penglihatan, gagal ginjal, kesemutan, dan impotensi," terang dr Tiara.

Pada prinsipnya, tidak ada masalah bagi penderita hipertensi untuk berpuasa, selama tekanan darahnya terkontrol dan si penderita meminum obat dengan teratur. Obatnya sendiri dapat diminum pada saat sahur dan berbuka puasa, kecuali pada penderita yang mendapat dosis tiga kali per hari dan tekanan darah masih dalam tahap penyesuaian dengan dosis. Penderita hipertensi juga sebaiknya tidak terlalu banyak mengkonsumsi garam makanan yang mengandung garam (asin). Kandungan potasium/kalium suplements potasium 2-4 gram per hari dapat membantu penurunan tekanan darah tinggi.


Sumber: www.lifestyle.okezone.com

Comments

Popular posts from this blog

Menghilangkan Batu Empedu Secara Alamiah

Menghilangkan Batu Empedu Secara Alamiah oleh Dr Lai Chiu-Nan Ini telah berhasil bagi banyak orang. Apabila kejadian anda demikian juga, ayolah beritahu pada orang lain. Dr. Chiu-Nan sendiri tak memungut biaya untuk informasinya ini, karena itu sebaiknya kita buat ini gratis juga. Ganjarannya adalah bila ada orang yang karena informasi yang anda berikan menjadi sehat. Batu empedu tak banyak dirisaukan orang, tapi sebenarnya semua perlu tahu karena kita hampir pasti mengindapnya. Apalagi karena batu empedu bisa berakhir dengan penyakit kanker. "Kanker sendiri tidak pernah muncul sebagai penyakit pertama" kata Dr.Chiu-Nan. "Umumnya ada penyakit lain yang mendahuluinya. Dalam penelitian di Tiongkok saya menemukan bacaan bahwa orang-orang yang terkena kanker biasanya ada banyak batu dalam tubuhnya. Dalam kantung empedu hampir semua dari kita mengandung batu empedu. Perbedaannya hanya dalam ukuran dan jumlah saja. Gejala adanya batu empedu biasanya adalah perasaan pen

Garis Besar Usaha Kesehatan

PROMOTIF, PREVENTIF, KURATIF, REHABILITATIF Dalam garis besar usaha kesehatan, dapat dibagi dalam 3 golongan, yaitu : 1. Usaha pencegahan (usaha preventif) Upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara etimologi berasal dari bahasa latin, pravenire yang artinya datang sebelum atau antisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas, prevensi diartikan sebagai upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat Upaya preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan individu, keluarga,  kelompok dan masyarakat. Usaha-usaha yang dilakukan, yaitu : Pemeriksaan kesehatan secara berkala (balita, bumil, remaja, usila,dll) melalui posyandu, puskesmas, maupun kunjungan rumah Pemberian Vitamin A, Yodium melalui posyandu, puskesmas, maupun dirumah Pemeriksaan dan p

Kenali Beberapa Pemicu Bayi Besar

Badan yang subur acap kali dijadikan salah satu indikator kemakmuran seseorang. Demikian halnya anggapan yang salah di kalangan masyarakat yang kerap menganggap anak gemuk itu lucu dan sehat. Padahal tidak demikian, kelebihan berat badan (overweight) apalagi obesitas saat ini sudah menjadi sebuah epidemi global yang perlu segera diatasi dan dicegah karena dapat menyebabkan beragam masalah kesehatan. Tak hanya pada orang dewasa, kegemukan yang terjadi sejak masa kanak-kanak dapat menyuramkan kondisi kesehatan si anak pada kemudian hari. Dengan kata lain, anak yang kegemukan sejak kecil diprediksi bakal lebih cepat mengalami gangguan kesehatan. Sejumlah studi bahkan menyimpulkan, anak-anak yang kelebihan berat badan sejak usia kurang dari 10 tahun akan menghadapi ancaman stroke pada usia 40, bahkan bisa dimulai sejak usia 30. Cukup menyeramkan kan? Nah, terkait janin besar, memang ada kemungkinan si bayi mencapai berat badan normal seiring pertumbuhannya. Namun, perlu dipahami bahwa bobo