Skip to main content

Yuk, Pahami Pentingnya Cairan Tubuh!

Ketika si kecil jatuh sakit, acapkali dokter berpesan agar moms lebih memerhatikan asupan buah hati tersayang. “Jangan lupa beri minum yang banyak ya, bu!” itulah salah satu nasihat yang terlontar.

Seberapa pentingkah cairan dalam tubuh kita? Tindakan apa saja yang perlu dilakukan bila si kecil kehilangan sejumlah cairan karena kondisi tertentu? Ikuti ulasan di bawah ini!

Menurut dr Lia Gardenia Partakusuma, SpPK (K), MM, dari RSUP Fatmawati, Jakarta Selatan, fungsi cairan tubuh antara lain sebagai sarana untuk mengangkut zat-zat makanan ke seluruh sel tubuh, mengeluarkan buangan-buangan sel, membantu proses metabolisme sel, sebagai pelarut untuk elektrolit dan non elektrolit, membantu memelihara suhu tubuh, mengontrol proses pencernaan, mengangkut zat-zat seperti hormon dan enzim.


Mengingat pentingnya fungsi cairan tubuh, moms perlu waspada menghadapi situasi berikut:

Diare

Meski penyebab diare beranekaragam seperti gangguan penyerapan, alergi, keracunan atau infeksi dari bakteri, virus dan parasit, namun diare memiliki manifestasi yang sama pada penderitanya, yaitu ditandai buang air besar cair atau lembek dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali lebih dalam sehari).

“Diare akut berlangsung selama kurang dari 14 hari lamanya, sementara diare persisten berlangsung lebih lama dari itu. Pengeluaran cairan yang berlebihan saat diare inilah penyebab utama terjadinya dehidrasi atau kekurangan cairan pada tubuh,” ujar dr Sri H Andayani, SpA dari Omni Hospital, Pulo Mas, Jakarta Timur.

Lia menambahkan, “Pada anak-anak, 75 - 80 persen tubuhnya mayoritas terdiri dari air. Oleh karena itu perubahan kadar air yang terjadi dalam tubuh anak meskipun sedikit, akan sangat memengaruhi kondisi kesehatannya.”

Disinyalir diare dapat menyebabkan kematian pada bayi akibat dehidrasi. Tingkat dehidrasi dibagi menjadi tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan-sedang dan dehidrasi berat.

“Pada anak gelisah dan rewel dapat menandakan ia mengalami dehidrasi ringan hingga sedang. Sementara pada anak dengan tanda-tanda mengantuk, lesu, lunglai justru menandakan anak mengalami dehidrasi berat. Pada anak tanpa dehidrasi, kondisi umumnya masih terlihat baik dan sadar,” terang Sri.

“Jangan lupa amati bagaimana kondisi anak saat menangis! Anak dengan mata cekung dan kering menandakan ia mengalami dehidrasi berat, cekung saja menandakan dehidrasi ringan hingga sedang, sementara anak tanpa dehidrasi, mata masih terlihat normal. Selain itu pada anak dehidrasi sedang dan dehidrasi berat, tidak terdapat air mata ketika anak menangis. Mulut dan lidah pada anak dengan dehidrasi sedang dan berat, saat diraba lidah terasa kering. Sementara pada anak tanpa dehidrasi, mulut dan lidahnya masih basah,” imbuh Lia.

Solusi:


  • Beri minum pada anak, lalu amati ketika anak sedang minum. “Anak yang minum dengan biasa kemungkinan tanpa dehidrasi, anak yang terlihat kehausan berada dalam kondisi dehidrasi ringan hingga sedang, sementara anak yang minum sedikit atau malas justru dalam keadaan dehidrasi berat!” Sri mengingatkan.
  • Sebagai pencegahan, tak harus air putih! Jika anak lebih menyukai rasa air teh, kuah sayur, air kaldu pun dapat diberikan. Bila tidak ada oralit, berikan air putih dicampur garam untuk menghentikan diare sebagai pertolongan pertama.


Catatan: Anak yang diare tidak selalu harus diinfus! Anak perlu diinfus bila pemberian cairan secara oral gagal karena muntah terus-menerus dan BAB yang makin lama makin sering, anak menolak minum atau anak dengan kesadaran menurun.

Si Kecil Sering Pipis

“Jumlah cairan dalam tubuh harus tersedia memadai. Standar kebutuhan air pada manusia biasanya mengikuti rumus 30 cc per kilogram berat badan per hari. Artinya, jika seseorang anak dengan berat badan 30 kg, maka kebutuhan air tiap harinya sebanyak 900 cc atau 0,9 liter. Untuk memenuhi kebutuhan air sebanyak itu, tidak harus selalu berasal dari air yang diminum langsung, melainkan bisa dipenuhi dari sejumlah sumber makanan yang mengandung air,” imbuh Lia.

Menurut Lia, meminum air dalam jumlah banyak seringkali membuat anak sering Buang Air Kecil (BAK). “Sering BAK memang menyebabkan banyak kotoran dan racun yang dibuang dari ginjal. Namun minum banyak air dengan tidak didasari pengetahuan memadai, justru dapat membahayakan ginjal. Apalagi jika antara jumlah asupan air ke dalam tubuh dan yang dikeluarkan dalam bentuk urine tidak seimbang jumlahnya!” tegas Lia lagi.

Catatan: Jangan biarkan anak menahan-nahan BAK! Lagipula ketika manusia mengalami kekurangan cairan, secara otomatis tubuh memberi respon dalam bentuk perasaan haus ingin minum. Hal yang harus diperhatikan orangtua adalah jenis dan higienitas cairan yang dikonsumsi anak!

Anak Gampang Berkeringat

Keringat adalah komponen air yang dikeluarkan kelenjar keringat melalui pori-pori kulit. Pada manusia, keringat dikeluarkan untuk mengatur suhu tubuh, karena itu penguapan keringat dari permukaan kulit memiliki efek pendinginan.

Pada cuaca panas atau ketika otot memanas karena bekerja keras, keringat dihasilkan. Produksi keringat akan meningkat dalam keadaan gugup dan mual, serta menurun dalam keadaan demam.

“Anak-anak seringkali mudah berkeringat karena mereka melakukan pelbagai kegiatan fisik yang intens dalam kurun waktu berdekatan. Misal berlarian dari satu tempat ke tempat lain, bermain loncat-loncatan, berteriak-teriak. Hal tersebut tentu saja memicu keluarnya keringat. Semakin banyak kegiatan fisik yang dilakukan, semakin banyak pula produksi keringat si kecil,” urai Lia.

Moms tak perlu khwatir, meski si kecil mengeluarkan keringat yang banyak dan cairan tubuhnya berkurang, ia tak akan dehidrasi! Pasalnya, secara otomatis tubuh akan memberi respon alami dalam bentuk perasaan haus ingin minum saat cairan dalam tubuh berkurang.

Catatan: Waspada jika si kecil berkeringat terus-menerus padahal ia tidak melakukan kegiatan fisik yang berat. Segera periksakan anak ke dokter bila hal itu terjadi, karena bisa saja mengindikasikan penyakit tertentu.


Suka Meludah

Air liur atau ludah bukan sekadar cairan di mulut yang dianggap menjijikkan dan kotor. Ada banyak hal yang dapat diketahui dari air liur. Apa saja rahasia di balik air liur?

“Sebagian besar komposisi air liur adalah air, tetapi di dalamnya terkandung pula elektrolit, bakteri, virus, jamur, sekresi dari hidung dan paru-paru, sel-sel dari lapisan mulut dan sekitar 500 jenis protein. Tentu saja isi dari air liur bergantung pada apa yang dimasukkan ke dalam mulut, seperti puing-puing makanan. Komponen pasta gigi juga umum ditemukan dalam air liur. Kandungan air liur setiap orang pun berbeda,” jelas Lia.

Begitu pula menurut Sri, meludah (regurgitasi) kerap terjadi pada bayi, sangat umum dan dianggap normal. Bayi biasanya meludahkan susu yang telah tercampur dengan air ludah dan mukus (lendir) saat mereka bersendawa. Ini terjadi karena mereka mengonsumsi terlalu banyak sampai perut mereka sudah tidak dapat menampungnya.

“Meludah disebabkan sistem pencernaan bayi masih belum sempurna. Otot di esofagus (saluran antara kerongkongan dan perut) dan perut masih belum menutup dengan sempurna. Karena saluran ini terbuka, maka isi perut dapat dengan mudah keluar kembali ke atas. Beberapa bayi mempunyai frekuensi kebiasaan meludah lebih banyak dari bayi lain. Hampir 50 persen bayi umur 0-3 bulan suka meludah, ini terjadi sampai bayi mencapai usia berkisar 4 bulan. Kebiasaan meludah akan hilang saat proses pencernaan bayi telah sempurna,” papar Sri.

Catatan: Bila bayi meludah dalam frekuensi terlalu sering, Anda tak perlu khawatir. Meludah tidak akan membuat anak lemas karena kekurangan cairan tubuh. Kebiasaan meludah akan berkurang secara signifikan saat bayi berumur 6-7 bulan.

“Bayi yang sering meludah sejak dini biasanya akan terus meludah sampai berumur 10-12 bulan. Meludah jarang terjadi pada bayi yang berusia di atas 12 bulan dan biasanya akan berhenti pada saat bayi berusia 18 bulan.” Sri menambahkan.


Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang diperlukan dan berat badan. Selain itu sesuai aturan, cairan tubuh menurun seiring dengan peningkatan usia.

2. Jenis kelamin
Laki-laki dalam tubuhnya memiliki lebih sedikit sel lemak ketimbang perempuan. Oleh karena itu jumlah cairan tubuh pria lebih banyak dari wanita. Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proporsional, karena lebih banyak mengandung lemak tubuh.

3. Sel-sel Lemak
Orang yang lebih gemuk dipastikan mempunyai jumlah cairan yang lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang lebih kurus. Karena tubuhnya mengandung sel lemak yang lebih banyak. Sedangkan sel lemak mengandung sedikit air, sehingga kandungan air dalam tubuh menurun seiring dengan peningkatan lemak tubuh.

4. Tingkat Stres
5. Keadaan Sakit
6. Temperatur Lingkungan
7. Diet.


(Mom& Kiddie//nsa)
Sumber: www.lifestyle.okezone.com

Comments

Popular posts from this blog

Menghilangkan Batu Empedu Secara Alamiah

Menghilangkan Batu Empedu Secara Alamiah oleh Dr Lai Chiu-Nan Ini telah berhasil bagi banyak orang. Apabila kejadian anda demikian juga, ayolah beritahu pada orang lain. Dr. Chiu-Nan sendiri tak memungut biaya untuk informasinya ini, karena itu sebaiknya kita buat ini gratis juga. Ganjarannya adalah bila ada orang yang karena informasi yang anda berikan menjadi sehat. Batu empedu tak banyak dirisaukan orang, tapi sebenarnya semua perlu tahu karena kita hampir pasti mengindapnya. Apalagi karena batu empedu bisa berakhir dengan penyakit kanker. "Kanker sendiri tidak pernah muncul sebagai penyakit pertama" kata Dr.Chiu-Nan. "Umumnya ada penyakit lain yang mendahuluinya. Dalam penelitian di Tiongkok saya menemukan bacaan bahwa orang-orang yang terkena kanker biasanya ada banyak batu dalam tubuhnya. Dalam kantung empedu hampir semua dari kita mengandung batu empedu. Perbedaannya hanya dalam ukuran dan jumlah saja. Gejala adanya batu empedu biasanya adalah perasaan pen

Garis Besar Usaha Kesehatan

PROMOTIF, PREVENTIF, KURATIF, REHABILITATIF Dalam garis besar usaha kesehatan, dapat dibagi dalam 3 golongan, yaitu : 1. Usaha pencegahan (usaha preventif) Upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara etimologi berasal dari bahasa latin, pravenire yang artinya datang sebelum atau antisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas, prevensi diartikan sebagai upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat Upaya preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan individu, keluarga,  kelompok dan masyarakat. Usaha-usaha yang dilakukan, yaitu : Pemeriksaan kesehatan secara berkala (balita, bumil, remaja, usila,dll) melalui posyandu, puskesmas, maupun kunjungan rumah Pemberian Vitamin A, Yodium melalui posyandu, puskesmas, maupun dirumah Pemeriksaan dan p

Kenali Beberapa Pemicu Bayi Besar

Badan yang subur acap kali dijadikan salah satu indikator kemakmuran seseorang. Demikian halnya anggapan yang salah di kalangan masyarakat yang kerap menganggap anak gemuk itu lucu dan sehat. Padahal tidak demikian, kelebihan berat badan (overweight) apalagi obesitas saat ini sudah menjadi sebuah epidemi global yang perlu segera diatasi dan dicegah karena dapat menyebabkan beragam masalah kesehatan. Tak hanya pada orang dewasa, kegemukan yang terjadi sejak masa kanak-kanak dapat menyuramkan kondisi kesehatan si anak pada kemudian hari. Dengan kata lain, anak yang kegemukan sejak kecil diprediksi bakal lebih cepat mengalami gangguan kesehatan. Sejumlah studi bahkan menyimpulkan, anak-anak yang kelebihan berat badan sejak usia kurang dari 10 tahun akan menghadapi ancaman stroke pada usia 40, bahkan bisa dimulai sejak usia 30. Cukup menyeramkan kan? Nah, terkait janin besar, memang ada kemungkinan si bayi mencapai berat badan normal seiring pertumbuhannya. Namun, perlu dipahami bahwa bobo