SERANGAN jantung kini tak hanya menyerang para usia lanjut. Penyakit ini kini juga mulai menyambangi mereka yang berusia muda. Pola hidup tak sehat menjadi salah satu faktor penyebabnya.
Meninggalnya mantan aktor sekaligus anggota DPR Adjie Massaid yang mendadak begitu mencengangkan publik. Kematiannya diduga akibat serangan jantung usai bermain futsal. Pertanyaan besar yang membuncah di masyarakat berkaitan dengan usianya yang relatif masih muda yaitu 43 tahun. Karena seperti anggapan banyak pihak, penyakit jantung lebih banyak diderita orang dengan usia lanjut.
Namun faktanya, kasus kematian mendadak akibat serangan jantung pada usia muda semakin sering terjadi. Kini, tren itu sepertinya akan terus meningkat. Hal ini tak lain karena perubahan gaya hidup yang umumnya dilakoni warga perkotaan. Misalnya gemar mengonsumsi makanan cepat saji atau fast food yang mengandung kolesterol tinggi, jarang berolahraga karena kesibukan, merokok, minum minuman beralkohol serta tingkat stres yang tinggi.
Dikatakan oleh dokter spesialis jantung dari Rumah Sakit Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta Dr Isman Firdaus SpJP FIHA bahwa, walaupun penyakit jantung frekuensinya lebih tinggi pada orang dengan tingkat usia lanjut, namun seiring berubahnya gaya hidup, penyakit jantung juga dapat terjadi pada semua tingkatan usia.
”Siapa saja bisa terkena serangan jantung, terutama orang yang dengan gaya hidup tidak sehat,” tandasnya.
Jurnal kesehatan Hart and Miller, menyebutkan setidaknya 3 persen kasus stroke akibat penyumbatan pembuluh darah otak diderita pasien di bawah usia 30. Tidak hanya di negara berkembang seperti Indonesia, tetapi juga di negara maju, penderita penyakit jantung semakin banyak diderita di usia muda.
Penyakit jantung koroner (PJK) sebelumnya memang dimonopoli oleh orangtua, terutama mereka yang telah berusia 60 tahun keatas, namun sekarang ini, justru ada kecenderungan juga diderita oleh orang yang berusia dibawah 40 tahun. Sebuah penelitian yang dipimpin oleh Russell Luepker dari University of Minnessota Amerika Serikat membuktikan hal tersebut. Hampir setengah dari partisipan yang meninggal adalah pria di bawah umur 48 tahun.
Serangan jantung terjadi ketika aliran darah ke suatu bagian otot jantung terhalang. Jika aliran darah tidak bisa diperbaiki dengan cepat, bagian dari jantung tersebut akan rusak karena kekurangan oksigen dan bisa mengakibatkan kematian. ”Gejala penyakit jantung koroner biasanya ditandai dengan nyeri dada hebat dan mendadak, yang tidak bisa hilang dengan obat nyeri biasa,” ucap dokter Jantung termuda di Indonesia ini.
Banyak pemicu terjadinya serangan jantung. Di antaranya ialah faktor gaya hidup tidak seimbang seperti olahraga tidak teratur, merokok, stres, kurang istirahat karena rutinitas padat, serta pola makan tidak sehat seperti banyak mengonsumsi gula tidak sesuai dengan porsi yang diharuskan. Bisa juga karena karbohidrat, lemak dan protein inilah yang jika asupannya tidak dikontrol, bisa menyebabkan diabetes yang berujung pada penyakit jantung. Faktor risiko penyakit jantung lainnya adalah unsur bawaan seperti riwayat keluarga, umur, jenis kelamin, dan ras.
”Jantung juga bisa dipicu oleh penyakit lain seperti kolesterol tinggi, hipertensi, kegemukan, dan diabetes mellitus,” papar ahli jantung dari Rumah Sakit Omni Internasional Alam Sutera Tangerang, Dr Dasaad Mulijono SpJP MBBS.
Serangan jantung dijelaskan Dasaad memiliki beberapa gejala selain nyeri dada yang sering disertai dengan penjalaran ke tangan kiri, pasien sering berkeringat, sesak atau perasaan seperti mau pingsan. ”Namun 50 persen dari pasien mempunyai keluhan yang tidak khas,” tandas dokter yang mengambil program kedokteran umum di Universitas Indonesia dengan predikat ”Suma Cum Laude” ini.
Dasaad mengatakan bahwa jantung koroner adalah penyebab kematian utama di kota-kota besar dengan jumlah pasien semakin meningkat dari tahun ke tahun. Akan tetapi, walaupun penyakit tersebut mematikan, namun bukan berarti penyakit ini tidak bisa dicegah, masih ada cara untuk mencegah terjadinya serangan jantung dengan menganut pola hidup sehat serta berobat secara teratur.
”Itu sebabnya, jika pasien kurang yakin akan gejala yang dialaminya, maka untuk memastikannya pasien perlu memeriksakan diri ke rumah sakit untuk diperiksa oleh ahli jantung. Karena jika pasien hanya mengira-ngira dan bisa menyebabkan salah duga, akan berakibat fatal,” jelasnya.
Menghindari faktor risiko adalah hal terpenting agar penyakit ini tidak semakin bertambah parah.
Serangan jantung dapat membunuh hanya dalam waktu kurang dari satu jam, itu sebabnya, tindakan cepat terhadap tanda-tanda serangan jantung akan menyelamatkan nyawa si penderita dan mengurangi bahaya terhadap jantung. Perawatan sangat efektif ketika dimulai dalam satu jam pada awal gejala terdeteksi.
”Serangan jantung bisa menyelamatkan nyawa dan mencegah cacat apabila segera dilakukan perawatan jika dimulai jarak 1 jam setelah awal gejala,” ungkapnya.
(SINDO//tty)
Sumber: www.lifestyle.okezone.com
Meninggalnya mantan aktor sekaligus anggota DPR Adjie Massaid yang mendadak begitu mencengangkan publik. Kematiannya diduga akibat serangan jantung usai bermain futsal. Pertanyaan besar yang membuncah di masyarakat berkaitan dengan usianya yang relatif masih muda yaitu 43 tahun. Karena seperti anggapan banyak pihak, penyakit jantung lebih banyak diderita orang dengan usia lanjut.
Namun faktanya, kasus kematian mendadak akibat serangan jantung pada usia muda semakin sering terjadi. Kini, tren itu sepertinya akan terus meningkat. Hal ini tak lain karena perubahan gaya hidup yang umumnya dilakoni warga perkotaan. Misalnya gemar mengonsumsi makanan cepat saji atau fast food yang mengandung kolesterol tinggi, jarang berolahraga karena kesibukan, merokok, minum minuman beralkohol serta tingkat stres yang tinggi.
”Karena gaya hidup yang tidak sehat seperti kolesterol yang tinggi, mengakibatkan terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah jantung. Sehingga, jantungnya menjadi kaku dan mudah robek. Ketika mendapatkan serangan akhirnya menjadi fatal. Hal itu dapat berlangsung mulai seseorang berusia 30 tahun,” kata Direktur Jakarta Vascular Centre, Dr med Frans Santosa MD.
Dikatakan oleh dokter spesialis jantung dari Rumah Sakit Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta Dr Isman Firdaus SpJP FIHA bahwa, walaupun penyakit jantung frekuensinya lebih tinggi pada orang dengan tingkat usia lanjut, namun seiring berubahnya gaya hidup, penyakit jantung juga dapat terjadi pada semua tingkatan usia.
”Siapa saja bisa terkena serangan jantung, terutama orang yang dengan gaya hidup tidak sehat,” tandasnya.
Jurnal kesehatan Hart and Miller, menyebutkan setidaknya 3 persen kasus stroke akibat penyumbatan pembuluh darah otak diderita pasien di bawah usia 30. Tidak hanya di negara berkembang seperti Indonesia, tetapi juga di negara maju, penderita penyakit jantung semakin banyak diderita di usia muda.
Penyakit jantung koroner (PJK) sebelumnya memang dimonopoli oleh orangtua, terutama mereka yang telah berusia 60 tahun keatas, namun sekarang ini, justru ada kecenderungan juga diderita oleh orang yang berusia dibawah 40 tahun. Sebuah penelitian yang dipimpin oleh Russell Luepker dari University of Minnessota Amerika Serikat membuktikan hal tersebut. Hampir setengah dari partisipan yang meninggal adalah pria di bawah umur 48 tahun.
Serangan jantung terjadi ketika aliran darah ke suatu bagian otot jantung terhalang. Jika aliran darah tidak bisa diperbaiki dengan cepat, bagian dari jantung tersebut akan rusak karena kekurangan oksigen dan bisa mengakibatkan kematian. ”Gejala penyakit jantung koroner biasanya ditandai dengan nyeri dada hebat dan mendadak, yang tidak bisa hilang dengan obat nyeri biasa,” ucap dokter Jantung termuda di Indonesia ini.
Banyak pemicu terjadinya serangan jantung. Di antaranya ialah faktor gaya hidup tidak seimbang seperti olahraga tidak teratur, merokok, stres, kurang istirahat karena rutinitas padat, serta pola makan tidak sehat seperti banyak mengonsumsi gula tidak sesuai dengan porsi yang diharuskan. Bisa juga karena karbohidrat, lemak dan protein inilah yang jika asupannya tidak dikontrol, bisa menyebabkan diabetes yang berujung pada penyakit jantung. Faktor risiko penyakit jantung lainnya adalah unsur bawaan seperti riwayat keluarga, umur, jenis kelamin, dan ras.
”Jantung juga bisa dipicu oleh penyakit lain seperti kolesterol tinggi, hipertensi, kegemukan, dan diabetes mellitus,” papar ahli jantung dari Rumah Sakit Omni Internasional Alam Sutera Tangerang, Dr Dasaad Mulijono SpJP MBBS.
Serangan jantung dijelaskan Dasaad memiliki beberapa gejala selain nyeri dada yang sering disertai dengan penjalaran ke tangan kiri, pasien sering berkeringat, sesak atau perasaan seperti mau pingsan. ”Namun 50 persen dari pasien mempunyai keluhan yang tidak khas,” tandas dokter yang mengambil program kedokteran umum di Universitas Indonesia dengan predikat ”Suma Cum Laude” ini.
Dasaad mengatakan bahwa jantung koroner adalah penyebab kematian utama di kota-kota besar dengan jumlah pasien semakin meningkat dari tahun ke tahun. Akan tetapi, walaupun penyakit tersebut mematikan, namun bukan berarti penyakit ini tidak bisa dicegah, masih ada cara untuk mencegah terjadinya serangan jantung dengan menganut pola hidup sehat serta berobat secara teratur.
”Itu sebabnya, jika pasien kurang yakin akan gejala yang dialaminya, maka untuk memastikannya pasien perlu memeriksakan diri ke rumah sakit untuk diperiksa oleh ahli jantung. Karena jika pasien hanya mengira-ngira dan bisa menyebabkan salah duga, akan berakibat fatal,” jelasnya.
Menghindari faktor risiko adalah hal terpenting agar penyakit ini tidak semakin bertambah parah.
Serangan jantung dapat membunuh hanya dalam waktu kurang dari satu jam, itu sebabnya, tindakan cepat terhadap tanda-tanda serangan jantung akan menyelamatkan nyawa si penderita dan mengurangi bahaya terhadap jantung. Perawatan sangat efektif ketika dimulai dalam satu jam pada awal gejala terdeteksi.
”Serangan jantung bisa menyelamatkan nyawa dan mencegah cacat apabila segera dilakukan perawatan jika dimulai jarak 1 jam setelah awal gejala,” ungkapnya.
(SINDO//tty)
Sumber: www.lifestyle.okezone.com
Comments
Post a Comment