Padahal dalam fase lanjut, penyakit ini bisa menyebabkan kanker hati.
Vaksinasi hepatitis bisa menjadi alternatif pencegahannya.
Hepatitis sampai saat ini masih menjadi salah satu musuh berbahaya
bagi manusia. Apalagi penyakit peradangan hati yang diakibatkan oleh
virus ini merupakan penyebab utama kanker hati. Hepatitis ini terdiri
atas tiga jenis, yaitu hepatitis A, B, dan C.
Dijelaskan oleh Prof Dr H Ali Sulaiman Sp PD–KGEH dari Klinik Hati,
bahwa hepatitis A adalah radang hati yang disebabkan oleh infeksi
virus hepatitis A yang ditularkan dari manusia ke manusia melalui
makanan atau minuman yang terkontaminasi. Virus ini termasuk dalam
kelompok enterovirus RNA yang bereplikasi di dalam sel hati.
Sebagian besar infeksi virus hepatitis A tidak mengakibatkan
terjadinya infeksi kronis. Seseorang bisa memperoleh kesembuhan
sempurna. Namun, virus ini tetap harus mendapatkan perhatian, terutama
jika terjadi koinfeksi dengan penyakit lain seperti hepatitis B atau
C.
Selama ini hepatitis biasa muncul dari tempat yang tidak bersih.
Namun, kini telah terjadi perubahan pola infeksi virus hepatitis A.
Orang dengan standar kebersihan tinggi pun mulai terserang virus
berbahaya ini. Hal ini disebabkan kelompok tersebut hanya sedikit
memperoleh imunitas dalam masa anak-anaknya. "Orang yang terlalu
resik, higienis, atau tidak pernah jajan, justru rentan terkena
hepatitis A karena tidak punya antibodi alami," ungkap dia.
Sementara hepatitis B menjadi masalah kesehatan yang mengkhawatirkan.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 350 juta
orang di dunia terinfeksi virus tersebut dan merupakan salah satu
penyebab utama penyakit hati kronik, sirosis, dan kanker hati.
Terhitung bahwa 1 juta orang meninggal setiap tahunnya karena
hepatitis B kronik dan merupakan satu dari sepuluh penyebab kematian
terbesar.
"Hepatitis B virus yang tidak mendapatkan pengobatan itu dapat menjadi
penyakit hepatitis menahun, kanker hati, dan sirosis hati," ujarnya
dalam acara simposium bertema "Hepatitis Virus dan Penyakit Hati" yang
diadakan oleh Klinik Hati yang merupakan klinik khusus untuk penyakit
hati, di Hotel Mega Anggrek, Jakarta beberapa waktu lalu.
Adapun virus hepatitis C merupakan salah satu penyebab infeksi hati
menahun (kronik) dan dapat berakhir pada sirosis, kanker hati, dan
kematian. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa virus
hepatitis C telah menyerang lebih dari 170 juta orang di seluruh dunia
dengan 3–4 juta infeksi baru setiap tahunnya. Sekitar 80 persen dari
orang yang baru terinfeksi, penyakitnya akan terus berkembang menjadi
infeksi kronik. Sirosis terjadi pada sekitar 10 sampai 20 persen
penderita hepatitis C kronik dan kanker hati terjadi pada 1 sampai 5
persen penderita hepatitis C kronik dalam kurun waktu 20–30 tahun.
Virus hepatitis C menyebar melalui kontak langsung dengan darah atau
produk darah. Jalur utama infeksi virus hepatitis C di dunia adalah
melalui transfusi darah yang tidak ditapis dan pemakaian jarum suntik
yang tidak steril secara bergantian. Sekalipun jarang, hepatitis C
bisa juga menular melalui aktivitas seksual dan dari ibu kepada
anaknya selama proses persalinan.
Di banyak negara berkembang, di mana darah dan produk darah masih
belum diproses dengan prosedur penapisan yang benar, jalur penularan
utama adalah melalui penggunaan alat-alat suntik yang tidak steril dan
transfusi dengan darah yang tidak ditapis. Mereka yang melakukan
praktik sirkumsisi (sunat) tradisional dan tato menggunakan alat yang
tidak disterilisasi juga berisiko tertular.
Dikatakan oleh Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, dr Dien Emawati
MKes, berdasar survei yang dilakukan dari 11 rumah sakit di Jakarta
pada 2007–2009 diketahui sekira 46 persen berasal dari pengguna
narkoba,c 32 persen penderita hepatitis C berada di usia produktif
yaitu 30–39 tahun, dan sebesar 18 persen berasal dari infeksi anggota
keluarga.
"Penanganan intensif serta melakukan upaya preventif melalui edukasi
pada masyarakat, misalnya dengan mengejar para kader karena lebih
dekat dengan masyarakat sangat diperlukan," paparnya di acara yang
sama.
Dien menjelaskan, kasus hepatitis virus banyak ditemukan dalam praktik
klinik sehari-hari. Namun, biasanya pasien sudah datang dalam kondisi
lanjut karena terlambatnya diagnosis. Penyebab keterlambatan itu
antara lain karena penyakit tidak menunjukkan gejala dan tanda klinis
yang jelas. Penyakit itu biasanya luput dari diagnosis oleh dokter
karena perjalanan penyakit tidak nyata dan penderita kerap tidak
merasakan atau menyadarinya.
"Ketiadaan gejala yang khas pada tahap awal perkembangan penyakit
hepatitis virus mengakibatkan kebanyakan pasien terdiagnosa pada
stadium lanjut dari penyakit hati," ujarnya.
Selain itu, penyakit ini biasanya luput dari diagnosis oleh dokter
umum dan dokter puskesmas karena kurangnya pemahaman dan kemampuan
mendiagnosis penyakit ini. Menemukan penyakit hepatitis virus pada
tingkat dini adalah suatu hal yang sangat penting dan mendesak untuk
dilaksanakan.
Untuk mengantisipasi meningkatnya angka kejadian penyakit yang
disebabkan hepatitis virus, di Jakarta sudah sekitar 1.000 dokter
puskesmas dilatih dengan harapan mereka dapat mengenali hepatitis
virus, seperti dengan melakukan deteksi dini, dan merujuk ke layanan
rumah sakit jika tidak bisa diobati di puskesmas.
"Jika ternyata hepatitis yang diderita seseorang berkembang menjadi
sirosis atau kanker hati, pengobatan akan sangat mahal," tuturnya.
Deteksi dini juga penting, terutama untuk virus hepatitis C agar tidak
terjadi penularan dari orang dewasa ke orang dewasa lain melalui
kontak darah atau dari ibu ke bayi yang akan dilahirkannya.
Ali menyatakan, tindakan preventif yang tak kalah penting untuk
hepatitis B adalah vaksinasi hepatitis B. Infeksi hepatitis B saat
dewasa kemungkinan berkembang menjadi penyakit hati menahun, sirosis,
atau kanker hati sekira 5 persen. Sebaliknya, infeksi virus hepatitis
B yang terjadi saat lahir, risiko menjadi parah sekitar 95 persen.
"Oleh karena itu, cakupan vaksinasi hepatitis B bagi bayi sangat
penting. Sementara untuk hepatitis C belum ada vaksinasinya," ujarnya.
(SINDO//tty)
http://lifestyle.okezone.com/read/2011/01/17/195/414595/hepatitis-yang-sulit-terdiagnosis
Comments
Post a Comment