SAAT menjalani ibadah ini kesegaran mulut menjadi amat berkurang. Akibatnya, kita sering dilanda rasa tidak percaya diri. Kenali penyebab menurunnya kesegaran mulut saat berpuasa.
Sebenarnya, pada saat berpuasa seseorang akan mengalami penurunan produksi air liur sehingga mengalami kekeringan mulut atau biasa disebut xerostomia. Penurunan produksi air liur ini menyebabkan pasokan oksigen ke dalam mulut menjadi berkurang sehingga bakteri anaerob berkembang biak dan sekaligus memecahkan asam amino di dalam air ludah. Hal ini menyebabkan terlepasnya zat sulfur yang mengakibatkan menurunnya kesegaran mulut. Karena bakteri dalam mulut menjadi lebih banyak, maka muncullah problem bau mulut.
Sebenarnya halitosis atau bau mulut, penyebabnya 80 persen berasal dari rongga mulut dan 20 persen karena masalah pencernaan. Bagi umat muslim yang menunaikan ibadah puasa, bau mulut yang menyengat sering dianggap sebagai masalah. Padahal, dengan berpuasa justru akan memberikan kesempatan pada organ pencernaan untuk beristirahat sehingga organ tubuh tersebut bisa dibersihkan dan membentuk zat baru yang dibutuhkan.
Tidak hanya itu, proses pembersihan dan pelepasan racun dari usus, ginjal, kandung kemih, paruparu, serta kulit, juga meningkat saat menjalankan ibadah puasa. Jadi, jangan heran jika setelah berpuasa selama sebulan penuh tubuh terasa fit dan bugar.
Selain karena disebabkan kekurangan cairan, secara umum bau mulut juga bisa timbul karena berbagai sebab. Sebut saja dengan mengonsumsi makanan yang dapat mengundang bau mulut, misalnya buah durian, ikan, daging, jengkol, atau berbagai jenis produk susu. Nah, keadaan mulut yang kering selain disebabkan oleh berkurangnya saliva, juga lantaran penggunaan deterjen dalam pasta gigi. Deterjen merupakan zat pembentukan busa yang dapat merusak kualitas air liur.
Untuk mengatasi masalah bau mulut ini, pakar kesehatan dari Universitas Indonesia, Ari Fahrial, menyarankan orang yang berpuasa agar lebih banyak mengonsumsi makanan dalam bentuk cair, seperti dalam bentuk sup atau sayur-sayuran berkuah. “Dianjurkan juga minum jus pada saat berbuka,” ujar Ari.
Selain itu, Ari juga menyarankan untuk mengonsumsi buah, seperti jeruk, pada saat sahur. Cara lainnya adalah menghindari makanan yang dapat menimbulkan bau tidak sedap. “Umpamanya petai dan jengkol,” kata Ari. Menggosok gigi setelah berbuka dan sehabis sahur pun harus dilakukan secara rutin.
Kendati demikian, perlu diketahui pula bahwa masalah bau mulut bukan semata disebabkan kondisi mulut yang kering. Kesehatan gigi pun tak pelak turut berperan besar dalam masalah bau mulut ini. Hal ini seperti dikatakan oleh DR Sony Swasonoprijo drg Sport. Menurut Sony, gigi berlubang dan infeksi gusi juga dapat menjadi penyebab timbulnya bau mulut. Sebab, gigi berlubang menjadi tempat favorit bersarangnya bakteri pada sisa-sisa makanan yang mengendap.
Gigi yang tidak terawat akan membentuk abses (pengumpulan nanah) dan bakteri yang ada di dalamnya akan memetabolismekan jaringan-jaringan mati sehingga menimbulkan bau.
“Penyakit diabetes ataupun kelainan dalam pencernaan juga bisa mengakibatkan bau mulut,” tutur Sony yang membuka praktik di Griya DR Sony yang berlokasi di kawasan Ampera, Jakarta Selatan.
Bau mulut juga bisa muncul ketika seorang mengalami kesulitan buang air besar, termasuk kondisi lidah yang kotor karena jarang dibersihkan berpotensi menumpuk bakteri yang menimbulkan bau mulut. Karenanya, Sony menyarankan orang yang berpuasa untuk memperbanyak mengonsumsi jenis makanan berserat. Karena makanan berserat akan memberi gerak pada rongga mulut sehingga gigi akan banyak mengunyah dan itu bisa mengurangi timbulnya bau mulut.
Sebaiknya hindari pula makanan yang dapat memicu bau mulut seperti cokelat. Cokelat termasuk makanan yang bersifat diuratic (merangsang pengeluaran urine). Akibatnya, mulut akan cepat mengalami kekeringan sehingga timbul bau tidak sedap di mulut. Tak kalah pentingnya adalah rutin memeriksakan kesehatan gigi di dokter gigi setiap enam bulan sekali.
“Mencegah lebih baik daripada mengobati. Jangan sampai datang ke dokter gigi dengan keadaan gigi yang sudah rusak dan ini tentu membutuhkan biaya yang lebih banyak untuk mengobatinya. Intinya, jangan malas ke dokter gigi,” kata Sony mengakhiri pembicaraan.
(Koran SI/Koran SI/tty)
http://lifestyle.okezone.com
Masalah bau mulut yang tidak sedap kerap melanda orang yang tengah berpuasa. Alhasil, krisis percaya diri pun mulai muncul dan membuat orang malah puasa bicara. Meski bau mulut orang berpuasa diumpamakan bagaikan harumnya bunga kasturi di surga kelak, namun jangan sampai kita menzalimi orang lain saat berbicara dengan bau tak sedap dari mulut.
Sebenarnya, pada saat berpuasa seseorang akan mengalami penurunan produksi air liur sehingga mengalami kekeringan mulut atau biasa disebut xerostomia. Penurunan produksi air liur ini menyebabkan pasokan oksigen ke dalam mulut menjadi berkurang sehingga bakteri anaerob berkembang biak dan sekaligus memecahkan asam amino di dalam air ludah. Hal ini menyebabkan terlepasnya zat sulfur yang mengakibatkan menurunnya kesegaran mulut. Karena bakteri dalam mulut menjadi lebih banyak, maka muncullah problem bau mulut.
Sebenarnya halitosis atau bau mulut, penyebabnya 80 persen berasal dari rongga mulut dan 20 persen karena masalah pencernaan. Bagi umat muslim yang menunaikan ibadah puasa, bau mulut yang menyengat sering dianggap sebagai masalah. Padahal, dengan berpuasa justru akan memberikan kesempatan pada organ pencernaan untuk beristirahat sehingga organ tubuh tersebut bisa dibersihkan dan membentuk zat baru yang dibutuhkan.
Tidak hanya itu, proses pembersihan dan pelepasan racun dari usus, ginjal, kandung kemih, paruparu, serta kulit, juga meningkat saat menjalankan ibadah puasa. Jadi, jangan heran jika setelah berpuasa selama sebulan penuh tubuh terasa fit dan bugar.
Selain karena disebabkan kekurangan cairan, secara umum bau mulut juga bisa timbul karena berbagai sebab. Sebut saja dengan mengonsumsi makanan yang dapat mengundang bau mulut, misalnya buah durian, ikan, daging, jengkol, atau berbagai jenis produk susu. Nah, keadaan mulut yang kering selain disebabkan oleh berkurangnya saliva, juga lantaran penggunaan deterjen dalam pasta gigi. Deterjen merupakan zat pembentukan busa yang dapat merusak kualitas air liur.
Untuk mengatasi masalah bau mulut ini, pakar kesehatan dari Universitas Indonesia, Ari Fahrial, menyarankan orang yang berpuasa agar lebih banyak mengonsumsi makanan dalam bentuk cair, seperti dalam bentuk sup atau sayur-sayuran berkuah. “Dianjurkan juga minum jus pada saat berbuka,” ujar Ari.
Selain itu, Ari juga menyarankan untuk mengonsumsi buah, seperti jeruk, pada saat sahur. Cara lainnya adalah menghindari makanan yang dapat menimbulkan bau tidak sedap. “Umpamanya petai dan jengkol,” kata Ari. Menggosok gigi setelah berbuka dan sehabis sahur pun harus dilakukan secara rutin.
Kendati demikian, perlu diketahui pula bahwa masalah bau mulut bukan semata disebabkan kondisi mulut yang kering. Kesehatan gigi pun tak pelak turut berperan besar dalam masalah bau mulut ini. Hal ini seperti dikatakan oleh DR Sony Swasonoprijo drg Sport. Menurut Sony, gigi berlubang dan infeksi gusi juga dapat menjadi penyebab timbulnya bau mulut. Sebab, gigi berlubang menjadi tempat favorit bersarangnya bakteri pada sisa-sisa makanan yang mengendap.
Gigi yang tidak terawat akan membentuk abses (pengumpulan nanah) dan bakteri yang ada di dalamnya akan memetabolismekan jaringan-jaringan mati sehingga menimbulkan bau.
“Penyakit diabetes ataupun kelainan dalam pencernaan juga bisa mengakibatkan bau mulut,” tutur Sony yang membuka praktik di Griya DR Sony yang berlokasi di kawasan Ampera, Jakarta Selatan.
Bau mulut juga bisa muncul ketika seorang mengalami kesulitan buang air besar, termasuk kondisi lidah yang kotor karena jarang dibersihkan berpotensi menumpuk bakteri yang menimbulkan bau mulut. Karenanya, Sony menyarankan orang yang berpuasa untuk memperbanyak mengonsumsi jenis makanan berserat. Karena makanan berserat akan memberi gerak pada rongga mulut sehingga gigi akan banyak mengunyah dan itu bisa mengurangi timbulnya bau mulut.
Sebaiknya hindari pula makanan yang dapat memicu bau mulut seperti cokelat. Cokelat termasuk makanan yang bersifat diuratic (merangsang pengeluaran urine). Akibatnya, mulut akan cepat mengalami kekeringan sehingga timbul bau tidak sedap di mulut. Tak kalah pentingnya adalah rutin memeriksakan kesehatan gigi di dokter gigi setiap enam bulan sekali.
“Mencegah lebih baik daripada mengobati. Jangan sampai datang ke dokter gigi dengan keadaan gigi yang sudah rusak dan ini tentu membutuhkan biaya yang lebih banyak untuk mengobatinya. Intinya, jangan malas ke dokter gigi,” kata Sony mengakhiri pembicaraan.
(Koran SI/Koran SI/tty)
http://lifestyle.okezone.com
Comments
Post a Comment