Buah yang membuat presenter Olga Lydia kesengsem adalah kiwi. Bentuknya lonjong mirip sawo. Bijinya hitam. Ketika melahapnya, setiap potongnya seperti menyihir model dengan tinggi 171 sentimeter ini. "Rasanya seru, campuran asam-manis," ujarnya. Buah nan segar, manis, bahkan juga asam memang kerap membuat orang kepincut.
Kebetulan Olga memang doyan kiwi atau karena dia duta buah yang aslinya dari Tiongkok itu sehingga setiap hari ia melahapnya sekitar tiga buah. Apalagi, menurut Health Science Manager dari organisasi pemasar buah kiwi Selandia Baru, Zespri International, Lynley Drummond,
Kiwi berdaging emas yang merupakan hasil pengembangan studinya mengandung 109 miligram vitamin C per 100 gramnya. Sedangkan dalam kiwi hijau terdapat 93 miligram vitamin C.
Jumlah tersebut memadai untuk kebutuhan vitamin C harian pria sekitar 90 miligram per hari dan 75 miligram untuk wanita. Dalam lokakarya bertajuk "Sehat dengan Buah Kiwi" di Kemang, Jakarta, beberapa waktu lalu, Linley pun menyebutkan sederet kandungan. Di antaranya vitamin E yang penting bagi kesehatan jantung dan mempertahankan kesehatan kulit. Kemudian, asam folat yang dibutuhkan untuk perkembangan otak anak dan mencegah kecacatan tulang belakang pada bayi. Juga kandungan actinidin, yakni enzim alami yang dapat mengatasi sembelit.
Kiwi juga mengandung serat tinggi yang melancarkan sistem pencernaan dan cocok bagi mereka yang menjalankan program diet. Sedangkan daging buahnya mengandung magnesium yang bersama vitamin C dapat membuat hati bekerja lebih maksimal. Belum lagi, dalam beberapa literatur, kiwi didapati mengandung karotenoid, vitamin B1, B2, B6, niasin, vitamin A, dan asam pantotenat.
Lain Olga, lain pula Anna. Guru sekolah dasar di Bogor ini memiliki pilihan yang berbeda, tentu saja sesuai dengan ketebalan kantongnya. Karena yang tumbuh di halaman rumahnya di Ciomas adalah pohon mengkudu, sesekali ia membuat rujak bebek dengan rasa khas karena ia mencampurnya dengan buah mengkudu. Bagi kebanyakan orang, baunya yang menyengat bikin tak tahan, tetapi menurut ibu tiga anak berusia 40 tahun ini, justru aroma itu menjadi penyedap.
Namun, perempuan hitam-manis ini lebih sering memanfaatkan daunnya. Kadang-kadang ia mengolahnya menjadi urap atau pecel dengan campuran sayuran lain. Sesekali ia hanya merebusnya dan melahapnya dengan satu cobek sambal. Kalau sudah makan dengan sajian ini, ia pun seperti tersihir. "Daunnya empuk dan padat," ujarnya. Jempolnya diacungkan. Buah berbau tak sedap itu beberapa tahun terakhir ini tak hanya lekat dengan Anna. Industri herbal berinovasi, buah itu dimunculkan dalam kemasan teh atau kapsul untuk kesehatan sehingga saat mengkonsumsinya orang tak dibikin "mabuk". Buah yang disebut juga pace ini, dalam uji praklinis terbukti bisa menurunkan tekanan darah tinggi dan menstabilkan kadar gula dalam darah. Buah yang tumbuh di Asia Tenggara ini memiliki banyak jenis, dari dalam negeri saja ditemukan sekitar 20 tipe.
Lantas, yang diminati masyarakat ternyata tak hanya pace hasil kebun sendiri. Pace dari Tahiti, misalnya, sudah beberapa tahun ini menyeberang ke Nusantara dalam kemasan jus dengan konsentrat tinggi. Dari hasil penelitian Dr Ralph Henicke, dalam buah mengkudu versi Tahiti ini ditemukan proxeronin yang dalam tubuh diubah menjadi xeronin yang mempunyai peranan penting dalam banyak hal. Di antaranya, merangsang protein aktif yang membuat tubuh berfungsi baik, membantu memperbesar pori-pori sel tubuh sehingga nutrisi dapat terserap dengan mudah, meningkatkan efisiensi sel tubuh dan kemampuannya untuk memanfaatkan nutrisi yang diserapnya. Buah bernama latin Morinda citrifolia yang ditanam di Tahiti ini disebutkan memiliki kandungan vitamin dan mineral 20 persen lebih tinggi dibanding yang ditanam di daerah lain. Namun, bila sudah ada tumbuh mengkudu di depan rumah, tentunya tak ada salahnya memanfaatkan yang ada di depan mata. Sedikit banyak manfaat tetap bisa dipetik.
Lagi pula, spesialis gizi klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr Inge Permadhi MS, SpGK, mengingatkan, buah bukan obat untuk mengatasi penyakit. Kalau sudah sakit, tidak bisa diobati dengan buah. "Buah mengandung cairan, elektrolit, vitamin, dan mineral yang diperlukan untuk proses metabolisme di dalam tubuh, seperti pembentukan energi dan mempertahankan fungsi organ-organ di dalam tubuh," katanya seusai presentasi saat diskusi soal buah kiwi.
Koordinator Pelayanan Masyarakat Departemen Ilmu Gizi FKUI ini melihat bahwa kebutuhan serat itu mencapai 25-30 gram per hari. Sedangkan satu porsi buah atau sayur mengandung kurang lebih 3 sampai 4 gram serat. Maka, untuk mencukupi kebutuhan serat tersebut, dibutuhkan kira-kira tiga porsi sayur plus lima sampai tujuh porsi buah per hari. Namun, ibu dua anak ini mewanti-wanti, sebaiknya dalam memenuhi serat ini, usahakan tidak menggunakan suplemen. Mengkonsumsi suplemen dapat berisiko terjadinya kelebihan dosis. "Dengan mengkonsumsi vitamin dan mineral dari bahan makanan alami tidak akan menyebabkan kelebihan dosis zat gizi."
Sumber: Tempo.Com
Kebetulan Olga memang doyan kiwi atau karena dia duta buah yang aslinya dari Tiongkok itu sehingga setiap hari ia melahapnya sekitar tiga buah. Apalagi, menurut Health Science Manager dari organisasi pemasar buah kiwi Selandia Baru, Zespri International, Lynley Drummond,
Kiwi berdaging emas yang merupakan hasil pengembangan studinya mengandung 109 miligram vitamin C per 100 gramnya. Sedangkan dalam kiwi hijau terdapat 93 miligram vitamin C.
Jumlah tersebut memadai untuk kebutuhan vitamin C harian pria sekitar 90 miligram per hari dan 75 miligram untuk wanita. Dalam lokakarya bertajuk "Sehat dengan Buah Kiwi" di Kemang, Jakarta, beberapa waktu lalu, Linley pun menyebutkan sederet kandungan. Di antaranya vitamin E yang penting bagi kesehatan jantung dan mempertahankan kesehatan kulit. Kemudian, asam folat yang dibutuhkan untuk perkembangan otak anak dan mencegah kecacatan tulang belakang pada bayi. Juga kandungan actinidin, yakni enzim alami yang dapat mengatasi sembelit.

Lain Olga, lain pula Anna. Guru sekolah dasar di Bogor ini memiliki pilihan yang berbeda, tentu saja sesuai dengan ketebalan kantongnya. Karena yang tumbuh di halaman rumahnya di Ciomas adalah pohon mengkudu, sesekali ia membuat rujak bebek dengan rasa khas karena ia mencampurnya dengan buah mengkudu. Bagi kebanyakan orang, baunya yang menyengat bikin tak tahan, tetapi menurut ibu tiga anak berusia 40 tahun ini, justru aroma itu menjadi penyedap.
Namun, perempuan hitam-manis ini lebih sering memanfaatkan daunnya. Kadang-kadang ia mengolahnya menjadi urap atau pecel dengan campuran sayuran lain. Sesekali ia hanya merebusnya dan melahapnya dengan satu cobek sambal. Kalau sudah makan dengan sajian ini, ia pun seperti tersihir. "Daunnya empuk dan padat," ujarnya. Jempolnya diacungkan. Buah berbau tak sedap itu beberapa tahun terakhir ini tak hanya lekat dengan Anna. Industri herbal berinovasi, buah itu dimunculkan dalam kemasan teh atau kapsul untuk kesehatan sehingga saat mengkonsumsinya orang tak dibikin "mabuk". Buah yang disebut juga pace ini, dalam uji praklinis terbukti bisa menurunkan tekanan darah tinggi dan menstabilkan kadar gula dalam darah. Buah yang tumbuh di Asia Tenggara ini memiliki banyak jenis, dari dalam negeri saja ditemukan sekitar 20 tipe.
Lantas, yang diminati masyarakat ternyata tak hanya pace hasil kebun sendiri. Pace dari Tahiti, misalnya, sudah beberapa tahun ini menyeberang ke Nusantara dalam kemasan jus dengan konsentrat tinggi. Dari hasil penelitian Dr Ralph Henicke, dalam buah mengkudu versi Tahiti ini ditemukan proxeronin yang dalam tubuh diubah menjadi xeronin yang mempunyai peranan penting dalam banyak hal. Di antaranya, merangsang protein aktif yang membuat tubuh berfungsi baik, membantu memperbesar pori-pori sel tubuh sehingga nutrisi dapat terserap dengan mudah, meningkatkan efisiensi sel tubuh dan kemampuannya untuk memanfaatkan nutrisi yang diserapnya. Buah bernama latin Morinda citrifolia yang ditanam di Tahiti ini disebutkan memiliki kandungan vitamin dan mineral 20 persen lebih tinggi dibanding yang ditanam di daerah lain. Namun, bila sudah ada tumbuh mengkudu di depan rumah, tentunya tak ada salahnya memanfaatkan yang ada di depan mata. Sedikit banyak manfaat tetap bisa dipetik.
Lagi pula, spesialis gizi klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr Inge Permadhi MS, SpGK, mengingatkan, buah bukan obat untuk mengatasi penyakit. Kalau sudah sakit, tidak bisa diobati dengan buah. "Buah mengandung cairan, elektrolit, vitamin, dan mineral yang diperlukan untuk proses metabolisme di dalam tubuh, seperti pembentukan energi dan mempertahankan fungsi organ-organ di dalam tubuh," katanya seusai presentasi saat diskusi soal buah kiwi.
Koordinator Pelayanan Masyarakat Departemen Ilmu Gizi FKUI ini melihat bahwa kebutuhan serat itu mencapai 25-30 gram per hari. Sedangkan satu porsi buah atau sayur mengandung kurang lebih 3 sampai 4 gram serat. Maka, untuk mencukupi kebutuhan serat tersebut, dibutuhkan kira-kira tiga porsi sayur plus lima sampai tujuh porsi buah per hari. Namun, ibu dua anak ini mewanti-wanti, sebaiknya dalam memenuhi serat ini, usahakan tidak menggunakan suplemen. Mengkonsumsi suplemen dapat berisiko terjadinya kelebihan dosis. "Dengan mengkonsumsi vitamin dan mineral dari bahan makanan alami tidak akan menyebabkan kelebihan dosis zat gizi."
Sumber: Tempo.Com
Comments
Post a Comment